"Gak tau,"kata Nay yang kemudian setengah berlari menyambut kepala sekolah itu.
Tapi kemudian aku melihat ayah Nay, sekilas ada di sisi kepala sekolah. Aku tidak tau ada kejadian apa.
Sampai beberapa saat kemudian, ibu guru dipanggil juga oleh kepala sekolah, lalu berbalik  segera mengumumkan di depan kelas.
"Anak-anak, hari ini kita berduka cita. Ibunda Nay telah meninggal dunia pagi ini."
Saat mendengar itu, aku hanya diam saja. Dan sekilas mataku melihat tas sekolah Nay, dan buku yang masih ada di meja.
Aku cepat memasukkan buku tulis Nay, dan langsung berlari mengejarnya. Sementara tas, dan buku punyaku, aku tinggalkan begitu saja.
"Esta mau kemana?"Kata ibu guru mencegahku.
Tapi aku terus berlari, dan mengejar Nay yang sedang berjalan menuju keluar pintu gerbang sekolah. Aku memanggilnya, dan Nay menoleh, dan wajah Nay terlihat sudah basah dengan airmata.Â
Aku memeluknya kuat, dan kami akhirnya pulang bersama ayah Nay dibonceng motornya.
Dari kejadian itu, aku dan Nay semakin dekat sekali. Namun prestasi Nay, tidak lagi seperti dulu. Ia jadi lebih banyak diam.
Dari kelas empat sampai enam Nay tidak mendapat rangking di kelas. Justru aku yang selalu ada di rangking satu. Tapi akhirnya usai kelas enam kami diterima di sekolah menengah pertama negeri yang sama.