Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kalung Hadiah

5 Januari 2021   22:38 Diperbarui: 5 Januari 2021   22:40 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia pun masih mengingat tatkala kedua orang majikannya itu menemukannya di sekitar emperan toko tengah berbaring lemah. Lalu mengajaknya untuk dipekerjakan di rumah sebagai pembantu. Sejak saat itu hingga berpuluh tahun lamanya, ia mengabdikan diri pada keluarga ini, dan saatnya sekarang untuk pergi. Entah kemana tujuannya. Sendiri.

***

Bekal uang yang diterima dari jerih payahnya selama puluhan tahun benar-benar tidak tahu akan ia kemanakan uang tersebut. Mbok Nah lipat uang itu, juga kalung diletakkan di tas kecil yang disembunyikan di bawah kasur.

Kasur yang ia tempati sekarang berada di rumah kontrakan kecil di sekitar familinya dulu tinggal. Tidak ada yang mengetahui kemana familinya itu pergi, juga tiada lagi kisah perjudian yang marak di kawasan ini. Semuanya telah mengalami perubahan.

Juragan judi koprok pun sudah tidak ada yang mengetahui lagi posisinya sekarang. Namanya saja masih dikenal oleh sedikit warga yang masih tersisa di wilayah ini.  Namun kata mereka, juragan koprok sudah mati ditembak secara misterius.

***

Mbok Nah mulai kerasan tinggal dikontrakkan ini. Ia rutin ditemani tetangganya seorang wanita setengah tua penjual gorengan keliling.  Kapan saja dibutuhkan ia mau membantu. Namun karena jual gorengan kurang menutupi biaya hidup dirinya ketimbang mbok Nah, ia nekat mencuri uang, dan kalung milik mbok Nah.

Namun naas usahanya itu diketahui mbok Nah kala sedang mengambil tasnya dari bawah kasur. Perempuan ini pun seketika meminta maaf, dan mbok Nah memaafkan juga agar tidak lagi mengulangi perbuatannya itu.

Setelah kejadian ini seperti ada jarak dari keduanya. Semula mbok Nah merasa tenang, dan nyaman, kini justru terancam.

"Kemana saya mesti pergi lagi, dan kepada siapa?"lirihnya.

Tidak ada seorang pun yang ia bisa percaya kini. Tidak tetangga, juga orang-orang yang ada di mana ia tinggal. Sikapnya mulai tidak biasa. Semula betah di kontrakan, mbok Nah mulai menyusuri jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun