Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Pejuang, Kafe, dan OTT (Bagian 2)

13 Agustus 2020   10:33 Diperbarui: 16 Agustus 2020   22:53 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kok lelaki yang masak?"

"Bukan jago lelaki mas, tapi pinter masaknya."

Aku pun memesan makan siang itu, dan menyantapnya hingga tuntas. Teh es tawar rasanya licin membasahi kerongkongan menutup rasa lapar. "Nikmat manalagi yang kaudustakan."bathinku. Usai itu aku dengar seorang wanita memanggil dari arah pintu pada perempuan yang melayani tadi.

"Mbak ini bawa rendangnya. Mama sudah selesai. Aku sebentar lagi bawa ikannya."

 Aku tak berusaha menoleh ke belakang. Suara itu aku dengar juga mirip sekali. Perempuan pelayan ini membawa nampan berisi rendang, disusul berikutnya oleh wanita yang memanggilnya tadi. Entah darimana datangnya, perasaanku meluap gembira seketika.

 Naomi sudah ada di depanku sekarang, dan membelakangi. Ia cekatan merapikan apa yang sudah ditata letak lauk pauk, dan segalanya. Yang tinggal sedikit ia pindahkan, ada beberapa piring, dan mangkok yang dipegangnya. Aku memperhatikan senang.

Aku segera berdiri menanti ia berbalik arah. Ia melirik selintas, dan aku menatap dalam memastikan.

"Naomi?"

"Hey!"Balasnya spontan. Dan ia memang spontan dan respect. Aku mengenalnya meski baru satu kali berjumpa ketika itu.

Segala yang ia pegang kemudian pelan diletakkan di meja. Kami duduk berhadapan. Ia terlihat senang. Perbincangan pun mengalir sesaat, hingga ia cepat ke arah pintu belakang memanggil seseorang. Aku melihatnya haru tatkala ibunya sudah ada di hadapan, dan mau menjumpaiku. (Bersambung)

Cerita Bagian 1.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun