"Mas bilang dulu kita gantian bayar cicilan rumah, Kenyataannya aku yang membayar terus hutang itu. Di kemanakan uangnya?"
"Lho kan aku simpan. Percayalah dik, semua uang itu aku simpan di tabungan. Bisa diperiksa kalau tidak percaya. Kan adik tau di mana disimpan bukunya."
Bukan tidak mau Sri melakukan inspeksi atas buku itu. Namun ia terlampau percaya, dan sangat mencintai Madun. Di benaknya jika Madun mengatakan demikian artinya tidak ingkar, dan justru orang yang telah hijrah untuk membahagiakan keluarganya.Â
Memang kenyataannya itu dirasakan Sri, meski ia rela berkorban untuk itu. Padahal di luar yang diketahui Sri, Madun asyik berjudi. Taruhan tiap pertandingan sepak bola, judi buntut, bahkan main kartu di beberapa lapak yang kerap ia datangi di beberapa tempat. Dan, yang paling menghebohkan, Madun, kerap juga berburu harta karun sebagaimana yang ia pelajari dari buku-buku sejarah, dan ramalan para dukun.
Selama 10 bulan ia berjudi, dan sesudahnya, masuk ke bulan 11 seterusnya, ia mencoba peruntungan dengan memburu harta karun. Ia punya keinginan sebagaimana cerita nabi Sulaiman yang memiliki istana megah di muka bumi. Atau punya cita-cita seperti Qorun di zaman Firaun yang mempunyai ribuan kunci gudang hartanya.Â
Madun ingin menjadi orang terpandang yang bakal dimuliakan orang dengan hartanya. Orang-orang akan mencium punggung tangannya dengan takzim. Orang-orang akan menempatkan dia di tempat duduk paling depan pada tiap acara, entah keagamaan, entah social, entah organisasi politik, entah reunian, entah santunan anak yatim, entah peresmian pendirian masjid, bahkan penghormatan paling tinggi yang kelak ia peroleh di tempat dinasnya. Intinya dengan harta karun yang bakal didapat itu ia ingin menjadi orang yang dimuliakan.
Dan menjadi kenyataan pada akhirnya tatkala suatu ketika Madun dimuliakan oleh anak-anak kecil di pinggir jalan, sambil mengikutinya dan bertepuk tangan, menyebut dan memanggilnya riang,"Madun gila, Madun gila, Madun gila ..."
Sri dan kedua anaknya melihat petaka itu dari kejauhan dengan derai airmata. Sakit dan hancur hatinya seketika melihat itu semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H