Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tetes Haru Air Mata Persahabatan

25 September 2019   00:57 Diperbarui: 27 September 2019   15:27 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Silvia heran dan terkejut melihat sikap Indah yang terlihat matanya berkaca-kaca tatkala melihat foto pernikahan mereka itu.

"Mbak, kenapa?"

"Oh gak apa-apa aku Vie,"timpalnya seraya melepas kacamatanya untuk mengusap tetes air matanya.

Indah selanjutnya duduk di sisi rekannya itu, kemudian bicara singkat pada Silvia.

"Aku seperti kenal sekali dengan ibu di foto itu."

Tidak berapa lama, Tejo pun keluar diringi Tinah di belakangnya. Dan ia memperkenalkan istrinya itu pada mereka. Namun sesaat saja, Indah menubruk Tinah dan memeluknya erat. Tinah juga demikian menguatkan pelukan itu penuh haru, kala Indah tak kuasa menahan tangis harunya.

Tinah sangat mengenali, juga Indah. Sementara Tejo, dan Silvia heran, melihat polah mereka berdua. Usai drama itu, Tinah memberi salam pada Silvia yang tidak menyangka, Indah seniornya di kantor kenal dekat dengan Tinah.

Kata Silvia,"bapak ini gak pernah bilang punya istri cantik di rumah. Juga gak pernah bilang suka ke halte itu kalau jam delapan. Makanya saya tidak tahu!"

Tejo hanya tersenyum. Dan, Tinah menjelaskan akhirnya, ia dulu juga karyawati sebagaimana Indah. Hanya saja dulu ada persoalan yang membuatnya harus rela keluar dari kantor di daerah sana itu. Indah mengangguk, dan dalam hatinya berbisik, semua yang dilakukan Tinah adalah untuk membela dirinya. Tapi ia tidak ceritakan, cukup Tinah dan dirinya yang tahu soal itu.

Silvia pun tertegun akhirnya. Tidak menyangka. Soal nasi uduk membawanya pada tali persahabatan yang kembali menguat setelah sekian waktu tidak ada jejak di antara mereka.

"Jadi gimana mbak Indah soal nasi uduknya?"Tanya Silvia pada Indah, sementara Tinah dan Tejo tersenyum mendengarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun