Tejo, dan Tinah tidak bereaksi. Mereka paham aturan, dan mengerti yang petugas perbuat. Makanya enteng saja buat mereka untuk tidak perlu meresponnya dengan giat segala macam. Cukup mendengar apa yang dikatakan petugas, mereka manut.
Karenanya tanpa airmata ataupun tangisan sebagaimana perempuan umumnya di situasi demikian, Tinah hanya berharap motor suaminya dikembalikan, juga semua perlengkapan usahanya. Petugas itu juga mengerti, malah menyanggupi, dan bilang, semuanya aman bila sudah diselesaikan di kantor tramtib. Dan, itu dilakukan petugas dengan mencatat identitas Tejo, dan barangnya.
Usai diangkut semuanya itu, Tejo, dan Tinah menghampiri Bahlul, dan istrinya hendak mengajaknya untuk ke kantor tramtib. Namun ajakan itu disambut istrinya Bahlul, dengan sumpah serapah.
"Gara-gara elu nih Tinah, dagangan gue ancur!!
Mendengar itu Tinah diam, dan digandeng Tejo untuk tinggalkan tempat itu. Berdua mereka menuju kantor tramtib. Di sana rupanya sudah antri orang yang mengambil barang usahanya. Segala macam dagangan ada, dan tindak serentak ini dilakukan di satu kecamatan di mana mereka menggelar lapaknya. Satu-satu mereka dipanggil. Dan, kini giliran Tejo.
Ia datangi di mana ia dipanggil. Saat petugas meneliti catatan barangnya itu, dan Tejo juga memverifikasi, kala itu ada tepukan di punggung yang ia rasakan. Sementara petugas yang ada dihadapannya, tiba-tiba berdiri tegap. Tejo menoleh, dan tidak mengenali siapa yang menepuknya. Setidaknya orang ini disegani di kantor sini.
"Mas Tejo kan?Tanyanya sembari tersenyum lebar.
"Iya, pak. Saya Tejo,"jawabnya sopan masih tidak mengenali.
Jawaban Tejo itu rupanya membuatnya tertawa nyaris keras. Orang ini kemudian membuka kacamata hitamnya, dan topi yang ia kenakan. Lalu masih tertawa lebar. Baru Tejo mengenali.
"Gilang, ini!Ya ampun rupanya kamu."
Mereka pun berpelukan satu sama lain. Petugas yang berada di dekatnya segera bergegas tanpa diperintah, mencari barang yang dipunyai Tejo untuk kemudian ditempatkan di luar menjadi satu. Motor, dan keperluan dagangnya. Masih di ruang itu mereka bicara singkat, kemudian Tejo menggandengnya untuk dikenalkan pada istrinya, Tinah.