Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Satu Wajah Seribu Topeng

12 Juni 2016   23:46 Diperbarui: 5 Maret 2020   20:14 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia angkat tubuhnya, lalu ikuti arah langkah kaki perempuan itu. Seperti tak curiga diikuti, perempuan itu terus mendekat ke pintu masuk. Badri terhenti beberapa langkah untuk melihat tingkahnya di hadapan petugas pintu masuk.

“Ibu mau kemana?”Terdengar oleh Badri suara petugas jaga yang ditujukan kepada perempuan tua ini.

“Saya mau menari,”balasnya, yang membuat Badri semakin penasaran untuk mendekat.

“Mau menari apa?

“Topeng.

“Ibu darimana?

“Dari Cirebon.

“Sama siapa?

“Sendiri

“Sebentar bu, saya tanya panitia.

Perempuan itu menuruti kehendak petugas untuk diam di tempat.  Tapi hanya sebentar, lalu petugas mendatangi, dan memintanya untuk menjauh. Namun ia tentang, dan memaksa untuk masuk. Saling dorong pun terjadi. Malah petugas lainnya turut juga menghalangi. Perempuan renta tak mau kalah. Ia terus merangsek seraya berteriak. Pekiknya nyaring seiring bunyi musik dari ruang pertunjukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun