"Astaghfirullah al adzim...!" seru Bi Atun beristighfar sambil gegas mengambil obat yang dimaksud.
Bi Atun tahu sekali, Asri pasti merasakan sakit yang sangat luar biasa. Dia sengaja menjauhkan obat itu, agar tidak sering mengkonsumsi.
"Bi, tolong jemput Nana, ya!" pinta Asri memelas, wajahnya sangat pucat.
Tubuhnya bergetar hebat. Bi Atun segera menyodorkan handuk kecil yang sudah direndam air hangat.
"Biar saya saja, Bi! Bibi jauh-jauh dari saya, takut Bibi ketularan!" ujar Asri lemah.
"Ini bukan penyakit sembarangan, Sri! Tidak menular seperti kata dokter!" sahut Bi Atun, sambil kembali menyerahkan handuk kecil lainnya.
Saat orang lain melihat jijik, wanita setengah baya itu tak merasakannya sama sekali.
"Sudahlah Bi! Tolong jemput Nana saja, ya!" pinta Asri lagi pelan, "Saya merasa mengantuk sekali!".
"Yaudah, Bibi jemput Nana, kamu tidur, ya!" saran Bi Atun sambil menepuk pelan bahu Asri.
Perlahan Bi Atun meninggalkan Asri, untuk menjemput Nana.
"Mama sakit lagi ya, Bu?" tanya Nana saat melihat Bi Atun menjemputnya.