Asri menghela napas. Dia berharap sesak di dada segera hilang. Matanya menatap layar hape dengan nanar. Dipandangi gambar dua sejoli, yang tersenyum bahagia, seakan mengejeknya.
"Ma, hari ini aku sekolah atau tidak?" tanya Nana pelan.
Dia menatap wajah sang ibu yang muram. Tangan kecilnya mengusap perut sang ibu, yang sudah sangat besar.
Dia tersenyum, saat merasakan benjolan yang bergerak-gerak di perut buncit itu.
"Ade, jangan keras-keras nendangnya!" ujarnya pelan.
Dia lirik wajah ibunya yang memucat. Asri mengusap tangan mungil Nana, yang terus mengusap perutnya.
"Ayuk kita berangkat!" seru Asri berusaha untuk semangat.
"Kalo Mama tidak sehat, Nana libur saja!" sahut Nana pelan.
"Ibu merasa sehat dan kuat, karena kamu dan adik!" sahut Asri tersenyum, "lagipula hari ini ibu akan periksa adik juga ke Dokter Rosa!" lanjut Asri sambil melangkah.
"Ayah tidak pulang lagi, ya? Dia sibuk pacaran!" gumam Nana pelan.
Asri mengabaikan gumaman Nana. Putrinya sering melihat foto ayahnya dengan banyak wanita. Bahkan beberapa kali Nana dikenalkan ke beberapa wanita, yang disebut sebagai "calon mama baru".