Dia tak tahan untuk bertanya, karena mendengar cerita sang kakak. Anggi mengangkat kepala dan memandang adiknya dengan tatapan tak suka.
"Kata siapa, anak orang miskin nggak boleh berprestasi? Kita sekolah, harus bertekad untuk bisa berprestasi, apalagi kamu punya bakat!" sahutnya dengan emosi, "kamu jangan dengarkan apa kata orang, gali potensi diri kamu, dan berjuanglah untuk menorehkan prestasi, itu harus, De!" kata Anggi penuh semangat.
"Iya, Kak! Ade mau seperti Akak, bisa berprestasi dengan bakat Akak!" sahut Putra dengan sorot mata bangga, "Akak itu panutannya Ade, semangat!".
Dia mengepalkan tangan, sambil tersenyum.
Anggi tersenyum puas.
"Ayo semangat untuk berprestasi dan belajar, De!" sahutnya sambil mengepalkan tangan.
Ada pelangi di sorot mata Anggi. Aura positif Putra tertular begitu mudahnya. Ana tersenyum melihat keceriaan sudah tergambar di wajah Anggi.
Rasa sedih di hati Anggi menguap begitu saja. Semua kesal, marah dan kecewa atas perlakuan temannya di kelas, pergi setelah Anggi mencurahkan perasaannya di pelukan sang mama.
Adiknya juga selalu berhasil, menularkan aura positifnya. Putra selalu mampu menularkan keceriaan pada ibu dan kakaknya. Mereka selalu mendukung dengan caranya masing-masing.
"Maaf ya, Ma!" kata Anggi sambil memeluk dan mencium pipi Ana cepat, "gara-gara Anggi, mama pasti batalin orderan sore ini, deh!" ujar sambil tersenyum manis.
"Nggak apa, kerjaan tidak akan ada habisnya, kalo diturutin. Yang penting mama ada di samping kamu dan Putra, saat kalian butuh bahu untuk mencurahkan hati, uhukh!" sahut Ana sambil pura-pura batuk.
"Iiish, ngeledek!" rajuk Anggi sambil tersenyum malu.