"Aamin..., jangan lupa santunin janda tua, dhuafa dan anak yatim piatu, Nang! Ingat keadaanmu sekarang ini, kamu harus perduli pada anak-anak yang bernasib sama sepertimu dan kakak!" nasehat sang ibu panjang lebar.
Sasa dan Momo mengangguk dengan tersenyum. Mereka melanjutkan sarapan pagi itu dengan nikmat. Biasanya ada tontonan kartun di layar tivi, kini sudah takkan ada lagi. Sang ibu berpikir beribu kali untuk membeli alat untuk bisa menonton tivi digital. Daripada ratusan ribu untuk beli alat itu, mending uangnya untuk beli beras atau susu untuk bungsunya itu.
Dia meraih majalah anak lusuh di lemari buku buatannya. Sambil tersenyum dia duduk di samping bungsunya dan membuka majalah itu di hadapan sang putra.
"Waah, seru tuh sepertinya?" celetuk Sasa sambil menunjuk sebuah gambar yang menarik.
Momo semringah melihat ke arah gambar yang ditunjuk Sasa.
"Mau mama bacakan ceritanya?" tanya sang ibu, saat melihat wajah putranya begitu tertarik dengan gambar yang ada di hadapannya itu.
"Mau, mauuu!" sahut Momo senang.
"Oke, sekarang mama akan membaca nyaring untukmu, Nang! Sebagai ganti tivi...," ujar sang ibu dengan senyum manis.
"Asyikkk, setiap Minggu ya, Ma?" seru Momo girang.
"Iya, setiap Minggu!" sahut sang ibu lagi dengan semringah.
Setelah itu terdengar suara sang ibu tengah membacakan cerita "Bona" dari majalah anak Bobo, yang dibelinya dari toko buku bekas di dekat terminal Pasar Minggu.