Saat subuh menjelang saya sudah tidak melihat tamu-tamu yang tadi malam. Nampaknya mereka sudah kembali sementara kami yang pulas tidak menyadari kepergian mereka. Ayah Dayna dan keluarga sepertinya juga sudah bangun dan beraktifitas.
Setelah rampung sholat subuh saya mendapati Ayah Dayna sedang menyiapkan gelas-gelas berisi kopi. Boleh jadi Ayah Dayna tidak tidur lagi semenjak kedatangan tamu tadi malam. Tapi tidak nampak kelelahan ataupun kantuk diwajahnya.
Saat kami berbincang sambil menikmati kopi terpikir oleh saya tentang kesaktian Ayah Dayna. Timbul pertanyaan di benak saya. Apa iya beliau sesakti itu. Tapi pikiran itu kemudian larut dalam hangatnya pembicaraan yang sesekali diselingi canda tawa.
Ditengah perbincangan itu saya minta Ayah Dayna untuk membuatkan gelang yang terbuat dari kulit pakis. Dengan senang hati ayah Dayna mengambil kulit-kulit pakis yang tergantung dekat dapur lalu segera menganyamnya. Karena saya ingin ukuran yang tepat ukuran lingkar tangan maka ayah Dayna menganyamnya di tangan saya.
Tak butuh lama gelangpun jadi. Senangnya hati saya karena sudah sejak lama mengidamkan gelang yang benar-benar pas ukurannya.
Kami kemudian menuju desa Cibeo selepas sarapan pagi. Perjalanan menjadi berat dan terasa lama karena sepatu kami senantiasa dibebani tanah yang menempel.
Mendung menggantung saat kami tiba di desa Cibeo. Sinar matahari yang tertutup awan membuat siang jadi serasa sore. Namun siang itu Cibeo tampak lebih ramai dari biasanya. Di beberapa sudut desa tampak beberapa grup rombongan wisata. Yang belakangan saya mengetahui bahwa mereka adalah rombongan mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta.
Kami segera mencari rumah yang bisa menjadi tempat menginap malam itu. Beruntung kami bertemu Ayah Naldi yang saat itu sedang berbincang-bincang dengan warga Cibeo, termasuk diantaranya ada Pu'un dan Jaro.
Pu'un adalah sebutan atau gelar bagi pemimpin adat suku Baduy. Ada 3 Pu'un di Baduy Dalam yang berdomisili di 3 desa yang masuk wilayah Tangtu ( Baduy Dalam ), yaitu desa Cibeo, Cikertawarna dan Cikeusik. Masing-masing desa didiami seorang Pu'un.
Sementara Jaro adalah sebutan atau gelar untuk kepala desa. Diluar desa yang ada di wilayah Tangtu ada sekitar 50 an desa yang termasuk wilayah Panamping ( Baduy Luar). Masing-masing desa mempunyai seorang Jaro.