Mohon tunggu...
ERRY YULIA SIAHAAN
ERRY YULIA SIAHAAN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis, guru, penikmat musik dan sastra

Menyukai musik dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jugul dan Kalong Wewe

12 Juni 2023   16:46 Diperbarui: 13 Juni 2023   10:15 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Profil singkat: Ibu dua anak, pengajar, penulis, penikmat musik dan sastra. (Sumber gambar: Erry Yulia Siahaan/dokumentasi pribadi)

Jugul langsung mengambil buah-buah itu. Mirip apel. Dia menggigit salah satu buah. Berarir. Aneh rasanya. Jugul sadar, itu bukan air, tetapi darah.

"Haaaahhhh. Daraaaahhhh," raung Jugul sambil melepehkan sisa-sisa gigitan dari mulut.

Anak itu kian takut. Rasa lapar dan hausnya hilang. Dia memilih tidak mau makan.

 "Mamaahhh, toloooong," teriak Jugul dengan sisa-sisa suaranya. Air matanya keluar. Sesuatu yang sangat jarang terjadi, kecuali kalau keras kepalanya sedang kumat, seperti saat dia meminta sesuatu dengan paksa dari ibu atau kakaknya.

Jugul terisak-isak. Dia teringat cerita di lingkungannya. Ada makhluk bernama kalong wewe yang suka berkeliaran menculik anak-anak yang masih di luar rumah waktu magrib.

Kalong itu membawa anak ke suatu tempat. Memberinya makan mi. Tetapi, begitu sampai di mulut, mi itu ternyata cacing. Memberi banyak lembaran uang kertas, tetapi ketika disentuh ternyata daun-daun. Memberi minum air, tapi ternyata darah.

Jugul memikirkan itu semua. Dia meronta dalam alam pikirnya. Dia tidak lagi membutuhkan logika. Dia hanya butuh pulang. Bertemu ibu dan kakaknya. Memeluk mereka. Menikmati kasur empuk di kamarnya. Menikmati makanan enak di rumahnya. Menuruti nasihat ibunya. Mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.

"Aku tidak mau mi dari kalong. Aku tidak mau uang dari kalong. Aku tidak mau minum pemberian dari kalong," tangisnya. "Aku mau pulang."

Jugul memikirkan itu semua. Sampai akhirnya dia bertambah lelah dan pingsan.

***

Jugul membuka mata sembari menyeka pipinya yang masih sedikit basah oleh sisa air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun