Anak itu terhenyak dan langsung duduk. Hatinya melonjak girang, sekaligus terheran-heran. Dia berada di kamarnya. Di atas tempat tidurnya.
Dia sempat tidak percaya. Tapi, suara televisi dari luar kamar meyakinkan bahwa dia di rumah. Apalagi ada suara ibu dan kakaknya di sela-sela soundtrack telenovela kegemaran mereka yang cukup dikenalnya.
Jugul berlari ke luar kamar. Dia langsung memeluk ibunya, lalu kakaknya, yang kembali terheran-heran.Â
Jugul masih mencintai logika, namun dia kali ini tidak butuh bertanya. Dia hanya ingin menikmati pelukan hangat ibu dan kakaknya. Lalu, kembali ke kamar dan mengerjakan tugas sekolahnya. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!