Jugul langsung mengambil buah-buah itu. Mirip apel. Dia menggigit salah satu buah. Berarir. Aneh rasanya. Jugul sadar, itu bukan air, tetapi darah.
"Haaaahhhh. Daraaaahhhh," raung Jugul sambil melepehkan sisa-sisa gigitan dari mulut.
Anak itu kian takut. Rasa lapar dan hausnya hilang. Dia memilih tidak mau makan.
 "Mamaahhh, toloooong," teriak Jugul dengan sisa-sisa suaranya. Air matanya keluar. Sesuatu yang sangat jarang terjadi, kecuali kalau keras kepalanya sedang kumat, seperti saat dia meminta sesuatu dengan paksa dari ibu atau kakaknya.
Jugul terisak-isak. Dia teringat cerita di lingkungannya. Ada makhluk bernama kalong wewe yang suka berkeliaran menculik anak-anak yang masih di luar rumah waktu magrib.
Kalong itu membawa anak ke suatu tempat. Memberinya makan mi. Tetapi, begitu sampai di mulut, mi itu ternyata cacing. Memberi banyak lembaran uang kertas, tetapi ketika disentuh ternyata daun-daun. Memberi minum air, tapi ternyata darah.
Jugul memikirkan itu semua. Dia meronta dalam alam pikirnya. Dia tidak lagi membutuhkan logika. Dia hanya butuh pulang. Bertemu ibu dan kakaknya. Memeluk mereka. Menikmati kasur empuk di kamarnya. Menikmati makanan enak di rumahnya. Menuruti nasihat ibunya. Mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.
"Aku tidak mau mi dari kalong. Aku tidak mau uang dari kalong. Aku tidak mau minum pemberian dari kalong," tangisnya. "Aku mau pulang."
Jugul memikirkan itu semua. Sampai akhirnya dia bertambah lelah dan pingsan.
***
Jugul membuka mata sembari menyeka pipinya yang masih sedikit basah oleh sisa air mata.