Mohon tunggu...
Ernestus Revan YA
Ernestus Revan YA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Siswa Kelas 10 - SMA Kanisius Jakarta

Seseorang yang ingin dapat diandalkan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Oh Sang Miskin, Guruku!

16 Mei 2024   19:45 Diperbarui: 19 Mei 2024   14:13 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita kembali ke pendopo pada malam hari, dan kali ini tubuh saya sudah berenergi kembali. Bapak tersebut duduk tidak jauh dari diri saya, bahkan sama seperti posisi kemarin hari. Mengumpulkan keberanian, saya menanyakan Bapak tersebut.

"Pak, jika saya boleh bertanya. Mengapa kamu membantuku? Saya mungkin terlihat seperti orang bodoh yang malang."

"Tidak apa-apa nak. Masalahnya, saya punya anak perempuan dan kamu sangat mirip dengan dia." ...Oh, sepertinya saya memukul tempat pribadi Bapak tersebut. Saya sebaiknya berhenti...Tapi, saya ingin lanjut.

"Oh, lalu di mana putri Anda, Pak? Saya belum melihatnya sepanjang hari ini." Saya memberikan pertanyaan yang sulit, saya tidak tahu apa pun tentang putrinya, dan dari perkataan Bapak tersebut, sepertinya sesuatu buruk terjadi kepada putrinya tersebut.

"Putriku...Aku meninggalkannya. Dia baru duduk di bangku SD ketika saya keluar, dan itu sudah sekitar 6 tahun atau lebih." 

Bapak tersebut menjelaskan bahwa dulunya dia memiliki keluarga dan sebuah pekerjaan yang layak. Tapi semenjak istrinya meninggalkan keluarganya, dan perusahaannya mengalami skandal, dia terpaksa meninggalkan putrinya kepada saudaranya. Mendengar cerita tersebut, saya mulai merasa kesal dan marah, tidak kepada Bapak tersebut, namun kepada diriku sendiri. Betapa bodohnya saya merasa jengkel terhadap Ayah dan Ibu, padahal keluarga Bapak tersebut lebih memprihatinkan.

Namun rasa sayang Bapak tersebut sungguh sangat kuat. Saya melihat tas yang selalu dibawa Bapak tersebut dan dalamnya terdapat foto dengan putrinya bertahun-tahun yang lalu. Dalam tas tersebut juga ada Baht yang banyak, kumpulan uang selama masanya sebagai kaum miskin.

"Dimana putri Anda sekarang, Pak? Dia pasti duduk di bangku SMA"

"Kamu benar nak, sebenarnya dia akan lulus tiga hari dari sekarang," jawab Bapak tersebut.

"Lalu kenapa Anda tidak mengunjungi upacara kelulusannya, Pak? Pasti dia masih mengingatmu!"

"Oh tidak...sudah lama sekali kita terakhir bertemu, dia pasti sudah tidak mengingatku lagi. Selain itu, akan lebih baik jika dia melupakanku dan terus menikmati hidupnya, daripada menjadikanku sebagai Ayahnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun