Mohon tunggu...
Ernest Rafael
Ernest Rafael Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ironi Rokok: Terlalu Nikmat untuk Dibela?

5 Maret 2016   14:39 Diperbarui: 5 Maret 2016   18:29 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(1) Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor Produk Tembakau yang mensponsori suatu kegiatan lembaga dan/atau perorangan hanya dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. tidak menggunakan nama merek dagang dan logo Produk Tembakau termasuk brand image Produk Tembakau; dan

b. tidak bertujuan untuk mempromosikan Produk Tembakau.

(2) Sponsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk kegiatan lembaga dan/atau perorangan yang diliput media. 

Pasal 37

Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor Produk Tembakau yang menjadi sponsor dalam bentuk tanggung jawab sosial perusahaan hanya dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. tidak menggunakan nama merek dagang dan logo Produk Tembakau termasuk brand image Produk Tembakau; dan

b. tidak bertujuan untuk mempromosikan Produk Tembakau.

Dua pasal di atas seharusnya bisa membatasi produsen rokok mensponsori suatu kegiatan, seperti penayangan siaran pertandingan olah raga baik secara langsung maupun tunda, konser musik, dan sebagainya.

Kenyataannya, cukup banyak produsen rokok yang bermain curang dan tidak menaati dua pasal di atas, misalnya dengan mensponsori suatu konser musik dengan menggunakan ciri-ciri brand image mereka. 

Sebenarnya tidak masalah apabila rokok menjadi sponsor suatu acara. Saya sendiri pun adalah seorang yang suka pergi menonton konser musik, dan mayoritas memang disponsori oleh rokok. Yang menjadi masalah, mayoritas konser musik yang disponsori oleh rokok memberikan keleluasaan bagi para pengunjung yang datang untuk merokok. Lagi-lagi, yang menjadi korban adalah para perokok pasif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun