"Rin, selamat ya kamu sudah lulus sarjana sekarang." ucap Tante mirna terlihat gembira melihat Karin mengenakan baju toga. Karin tersenyum melihat penampilannya sendiri di depan cermin.
Tak menyangka dirinya dapat lulus dari jenjang sarjana yang selama ini menurut dia hanyalah bagaikan mimpi. Bagaimana tidak, sampai seusianya sekarang, Karin tidak mengenal siapa ayah dan ibunya. Karin sejak usia 3 tahun sudah tinggal dengan tante Mirna.  Tante Mirna tidak menikah sampai di usianya yang sekarang menginjak 50 tahun. Tante  Mirna sangat sayang kepada Karin.Â
Menurut tante Mirna, ayah Karin pergi mencari pekerjaan ke luar kota Yogyakarta 18 tahun yang lalu. Sementara ibu Karin, tante Mirna tidak begitu tahu pasti bagaimana kabarnya. Hanya saja menurut kabar yang berasal dari tetangga kampung yang melihat ibu Karin sudah menikah lagi. Tetapi dimana tinggalnya tidak ada yang tahu.Â
Tante Mirna adalah adik dari ayah Karin. Kakek Karin pun sayang kepada Karin, hanya saja sang kakek telah meninggal dunia 10 tahun yang lalu. Karin ingat kakeknya selalu mengajak Karin pergi berkeliling dengan sepeda motor tuanya. Dan sang kakek juga selalu mengajak Karin ke stasiun melihat kereta.Â
Tak terasa air mata Karin menetes. Dia lalu buru-buru menyekanya,takutnya riasan wajahnya luntur. Tante Mirna ikut Karin ke acara wisuda Karin. Tante Mirna sebagai pengganti orang tua Karin. Tante Mirna pun sudah berdandan. Dia terlihat anggun.Â
"Ayo, nanti terlambat." ajak Tante Mirna.
Karin dan tante Mirna lalu bergegas menuju keluar rumah. Di luar rumah sudah menunggu grab mobil yang dipesan oleh Karin untuk mengantarkan mereka ke gedung untuk acara wisuda kampus Karin.
Mobil grab pun mulai melaju di jalanan. Karin menatap jalanan dari kaca jendela mobil. Jalanan sudah padat merayap. Dipenuhi mobil dan motor.
Tak lama kemudian, mereka pun sampai. Halaman parkir gedung sudah penuh dengan mobil yang mengantar wisudawan. Karin dan tante Mirna segera turun dari mobil grab. Setelah membayar grab, Karin dan tante Mirna masuk ke dalam gedung. Suasana sudah hiruk pikuk. Teman-teman seangkatan Karin kuliah sudah sibuk dengan obrolan mereka satu-sama lain.Â
Astrid menghampiri Karin dan menepuk punggung Karin.
"Karinnnnn."