Spontan sebongkah imajinasi merangsek masuk ke kepala. Saya bayangkan, di salah satu sudut alun-alun Passamaturukang atau Taman Turatea, percaya ada seorang anak muda gagah seumuran anak saya sedang menanti-nanti kado kemenangan Paris Yasir-Islam Iskandar.
Dia sendiri menunggunya sebagai kejutan, sebab bapak-ibunya sudah menjadi bagian dari Tim Pemenangan atau jaringan pendukung PASMI. Tidak, tidak. Untungnya, dua bulan, empat pekan, sepekan, lima hari, dan dua hari menjelang Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto, Paris Yasir-Islam Iskandar, anak-anak muda bukan main bahagianya saat tokoh pilihannya keluar sebagai pemenang pun walau tidak mendapat kado kemenangan.Â
Hatinya gembira. Orang tua gadis kecil dan anak muda lainnya itu turut bahagia.
Hari-hari yang dinantikan oleh sekian puluh ribu bahkan ratusan ribu pendukung. Di sudut kamar, si kecil menahan rasa suka cita sambil menengadahkan wajahnya ke luar jendela. Hari istimewanya akan dilengkapi kado kemenangan berupa acara Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto, Paris Yasir-Islam Iskandar yang sudah dia harapkan sekian lama.
Terbayang pula, ada orang miskin di daerah kita tengah berharap menjadi sejahtera setelah di hari kemenangan. Segera jeritan pilu wong cilik berganti menjadi senyum bahagia saat Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto yang terpilih, yaitu Paris Yasir-Islam Iskandar menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan daerah.
Ah, imajinasiku terbang melayang. Itu semua memang sekadar imajinasi.Â
Sesungguhnya imajinasi bukan ruang kosong tanpa dasar. Gara-gara imajinasi yang lebih kuat itulah membuat kalkulasi dari lawan politik bisa terkecoh. Bahwa saya rela berimajinasi lembur sampai saya tertidur sendiri, tanpa paksaan sebagaimana saya memilih tokoh pemimpin Paris Yasir-Islam Iskandar tanpa tekanan dari pihak manapun.
Tekanan hidup yang keras sebelum nyoblos bisa tertanggulangi dengan kemenangan paslon nomor 2 (dua), Paris Yasir-Islam Iskandar. Saya tidak hendak menyampaikan bahwa seharusnya para pihak yang kalah di Pilkada punya imajinasi melow yang sama dengan pihak pemenang. Bukan begitu.
Tetapi, saya juga yakin, mereka akan belajar mengapa paslon Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto, Paris Yasir-Islam Iskandar keluar sebagai pemenang di laga Pilkada Kabupaten Jeneponto, 2024? Keras di tahapan-tahapan Pilkada terutama di hari-hari menjelang dan pasca nyoblos. Baik tekanan dari bosnya, misalnya, maupun tekanan perasaan karena tidak tega pihak pemenang "dirujak" (maaf, meminjam istilah netizen, he he) oleh pihak yang kalah.
Di sisi lain, sebenarnya para pemenang Pilkada itu tidak semuanya akan harap-harap cemas saat orang tua "pedagang doktrin politik" tentang sejarah masa lalu sampai kepada generasi muda. Pasti banyak di antaranya yang sekadar latah, manggut-manggut atau membeo pada bahasa lisan dari orang tua sudah amblor dengan fakta kemenangan Paris Yasir, sosok tokoh wilayah Bangkala.Â
Oh, begitu ya?