Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tumbangnya Mitos Politik Lama dan Gagasan Mundur

16 Desember 2024   13:21 Diperbarui: 18 Desember 2024   08:38 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto penulis, Ermansyah R. Hindi - Dokpri

Sebaliknya, paslon yang lain tidak menerima kekalahan. Pokoknya, mereka pun melakukan aksi tandingan.

Di sisi belakang salah satu beban itu, tertancap sepotong siasat dari aktor utama pihak yang kalah (sodara-sodara PASMI lebih tahu, siapa pihak yang kalah?), bernada aneh: "Baiklah, celebration of victory-mu, kawan. Masih ada cara lain. Tunggu tanggal mainnya," kata pihak yang kalah.

***

Memerhatikannya, suasana batin saya antara kasihan campur ngakak.

Kasihan, karena terbayang wajah-wajah kecut para pecundang itu ketika mereka memandangi semacam magic number, 'angka ajaib' paslon nomor 2, Paris Yasir-Islam Iskandar sebesar 89.147 atau 42,06 persen suara, yang bikin "masuk angin" dan tak terkipas-kipas paslon nomor 3, Muhammad Sarif-Moch Noer Alim Qalbi dengan merahi 41,56 persen (88.083 suara). Ngakak, karena Tim Pemenangan, simpatisan, dan para pendukung PASMI lainnya mendadak menjadi terhakimi pula dalam petaruhan politik ngawur terutama usai nyoblos.

"Tambai sambalu'. Gammara'nu." (Tambah lagi. Lu keren!) Wkwk.

Mulanya, ingatan saya selama hidup di Jeneponto. Segera saya terkenang nasib daerah sendiri beberapa tahun silam. Ketika mulai menikmati yang namanya tukang ketik hingga menjelajahi pelosok lewat kegiatan monitoring di lapangan, saya bekerja sebagai staf ecek-ecek. Yang itu patut disyukuri. Setiap menjelang Pilkada, situasi yang saya hadapi nyaris tak beda seperti "pesta" luar biasa. Ada proses lamaran calon bupati dan wakil bupati. Disiapkan tenda dan uhuy acara makan.

Sudah lama tersimpan di ingatan kalau "politik belah bambu" sangat kental di Kabupaten Jeneponto. Siapa yang mulai, kita tidak tahu. Sudahlah. Kita abaikan saja.

Entahlah, ruangan kantor tempat saya berhikmat tak henti ditumpahi data-data yang datang dan pergi. Di dalam pelosok belantara PC (komputer personal) di ruangan saya saja, terdapat tumpukan data yang harus ditindaklanjuti melalui program dan kegiatan seakan tidak ada hentinya.

Di sela-sela pekerjaan, kita luangkan waktu untuk berdiskusi apa saja. Daripada pekerjaan dipikirkan tak ada tanda-tanda pekerjaan akan selesai, mending kita tidak ketinggalan perkembangan proses sengketa Pilkada. Mudah-mudahan gugatan dari pihak yang kalah tertolak oleh Mahkamah Konstitusi (MK).

Apa hubungannya? Saya terkekeh sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun