Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tumbangnya Mitos Politik Lama dan Gagasan Mundur

16 Desember 2024   13:21 Diperbarui: 18 Desember 2024   08:38 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto penulis, Ermansyah R. Hindi - Dokpri

Sekitar dua bulan sebelum hari H Pilkada, seorang teman kantor nyaris setiap pagi lalu-lalang di ruangan kerja. Dia senang memancing berdiskusi dengan spontan, meminta saya untuk menjawab pertanyaannya. Man, siapa calon bupati dan wakil bupati Anda? Siapa kira-kira yang unggul? Perlahan-lahan saya jawab. PASMI dong.

Akhirnya, perbincangan berumur singkat. Kalau tidak, teman akan semakin mendesak, penasaran akan semakin banyak yang menebak. Akibatnya, terjawab sudah.

Tak terhindarkan, saya harus meyakinkan kepada teman-teman sekantoran. Bahwa setiap Aparatur Sipil Negara (ASN) itu sudah punya pilihan politik. Bisik-bisik dan ocehan oknum teman-teman sekantoran saya dengar langsung. Tapi, saya senyum saja. Soal siapa yang dipilih terpulang dari masing-masing pribadi. Saya pilih Paris Yasir-Islam Iskandar karena dipikir masak-masak. 

Tentu saja, setiap paslon punya nilai plus-minus. Saya dan Anda  harus tetap jalan mengantarkan kemenangan dengan masing-masing pilihan politik. Persetan dengan umpatan hingga hinaan, saya santai saja seperti angin berlalu.

Pihak yang berbeda pilihan dengan saya biasa-biasa saja. Saling tegur sapa.

Pernah rasanya saya ingin berdiskusi, ternyata batal lantaran wanti-wanti menghindari salah sangka dan mengancam silaturahim. Toh, berjuang untuk memenangkan paslonnya itu hak pribadi ternyata tak beda dengan menjaga netralitas atau tidak (sebenarnya ini pelanggaran Peraturan Perundang-Undangan tentang ASN).

Nah, sejak lama saya ingin punya cara berpikir yang dianggap "gila." Satu hari, tiba-tiba tertangkap di mata saya sesuatu di sela tumpukan masalah daerah, yaitu rendahnya ketidaktercapaian indikator makro daerah seperti angka kemiskinan yang relatif tinggi pada urutan kedua paling bawah se-Sulawesi Selatan. Begitu pula, Indeks Pembangunan Manusia masih di peringkat bawah.

Aduh, di dalam data itu ada di atas meja kecil dan ternyata kurang respon dari pengambil kebijakan. Lalu, tergambar sosok mantan Wakil Bupati Jeneponto, bapak Paris Yasir. Orangnya dikenal sangat santun, merakyat, suka blusukan hingga peduli dengan nasib masyarakat.

Selain itu, karena tugasnya dulu saat menjabat Wakil Bupati, maka bapak Paris Yasir kerap turun lapangan. Dia terlibat langsung bersama masyarakat.

Dari titik ini, dia paling pas menjadi pemimpin daerah karena salah satu alasannya, dia tahu masalah dan ingin membangun daerah. Di antara sekian tokoh, cuma bapak Paris Yasir punya modal sosial yang besar. Apa buktinya sodara? Sebabnya, sedikit-sedikit jika terjadi musibah bencana alam seperti banjir bandang tahun 2019, dia gercep, gerak cepat turun ke lapangan. Jika ada berduka, dia cepat melayatnya.

Demikian pula, jika ada pesta atau hajatan lainnya, dia mengusahakan hadir di tempat, diundang atau tidak akan datang. Itulah kenapa banyak orang yang memilihnya sebagai calon Bupati Jeneponto. Terlepas dari tidak ada dukungan dari pihak lain, itu soal lain. Begitulah gambaran simpel saya sebagai alasan untuk memilih calon pemimpin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun