Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Wahai Petani dan Nelayan Bersatulah Sambut Pemutihan Utang!

27 Oktober 2024   17:39 Diperbarui: 6 November 2024   10:46 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ermansyah R. Hindi - Dokpri

Sangkanya, negeri ini bakal terguncang lagi. Belum tentu wacana kebijakan pemerintah tentang pemutihan utang petani dan nelayan bisa berjalan mulus. Sebanyak-banyaknya jempol dukungan, tetapi ada juga yang amblas percaya dirinya.

Kemarin, saya sedang memandangi unggahan berita di media sosial X tentang betapa buncahan jiwa datang dari seorang Hashim Djojohadikusumo selaku Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra saat melihat nasib getir petani dan nelayan di negeri ini. 

Mengapa?

Kalimat unggahan di akun CNN Indonesia dan Gerindra adalah: "Prabowo akan Putihkan Utang 6 Juta Petani dan Nelayan." Anda semua petani dan nelayan sebagai salah satu dari jutaan yang terdata akan berhasil menjadi warga yang betul-betul akan bernafas legah dari jeratan utang.

Sejak kapan Hashim Djojohadikusumo berhati emas bagai malaikat pembawa rezeki merasuk di jiwa dan pikirannya? Siapa sangka jika seseorang berlumuran cahaya menembus sukmanya bernama nurani?

Siapa saja yang memihak nasib wong cilik, maka di situlah nurani memendar dalam dirinya.

Kapan elite tergugah hatinya? Ada apa Hashim terpanggil nuraninya menolong petani dan nelayan terbelenggu utang?

Itu yang tergiang-ngiang dalam benak saya. Pertanyaan itu tidak berhenti pada satu titik balik.

Aji mumpung akan sempurna jika nurani bergumul bersama kepemerintahan yang peduli terhadap masyarakat "papan bawah" seperti petani dan nelayan. 

"Petani, nelayan, dan bebas dari utang ibarat tidur nyenyak tanpa mimpi buruk."

***

Senang sekali saya membaca berita di medsos ketika saya memang menanti gebrakan untuk melepaskan beban hidup petani dan nelayan. Senang karena tidak banyak elite bahkan tanpa berlebihan jika baru kali ini ada jurus pamungkas di awal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto akan serius membela petani dan nelayan.

Lantas, saya pun mengaminkan rencana itu. Semenderitanya petani dan nelayan ternyata masih ada pemimpin yang menolongnya.

Berikut duka dan derita sebagai orang-orang yang sungguh-sungguh berada di level akar rumput. Demi mencari sesuap nasi, mereka rela bergulat di tengah kehidupan modern.

Sampai kemudian, saat netizen mulai seru melontarkan komentar demi komentar, bangkitlah sepasukan yang sibuk mengurusi gagasan dan sebagian menolak kebijakan untuk petani dan nelayan yang sudah ditakdirkan hidupnya dengan bak "durian jatuh" di balik pemutihan utang. 

Wajah siapa yang tidak sumringah mendengarnya?

"Hei! Yang mendukung rencana kebijakan pemutihan utang petani dan nelayan, apa Anda inginkan? Wah, bisa jadi petani dan nelayan terbebas dari cengkeraman rentenir dan pinjaman onlen. Semoga mereka yang tersangkut kredit bank, sekalipun sudah dibekukan oleh pihak bank segera diputihkan. Ini baru tokcer!"

"Masih ada mas! Jika perlu petani dan nelayan tidak dikenakan hak tagih dari bank tatkala mereka dihapus utangnya. Lagi pula, pak Hashim sudah menanyakan pada pihak otoritas perbankan seputar merusak atau tidak? Lantas, jawaban perbankan adalah tidak merusak. Dijamin aman."

Pokoknya, atas kebijakan pemutihan utang, otomatis juga muncul pemutihan lewat Sistem Informasi Layanan Keuangan (SILK) yang sebelumnya ditolak OJK (Otoritas Jasa Keuangan) karena petani dan nelayan berutang sebesar 10 juta hingga 20 juta rupiah. Deg-degan bercampur riang lantaran bank tidak bisa memberi pinjaman pada petani dan nelayan yang tersangkut utang lama.

"Semoga semuanya dihapus, biar diputihkan seputih-putihnya utang petani dan nelayan. Kendatipun, mereka menitip untuk utang BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) itu perlu diputihkan. Jika hal itu ada dari petani dan nelayan?"

"Ayo! Angkat tangan yang kurang cocok atau tidak sreg dengan kebijakan pemutihan utang petani dan nelayan. Yang satunya kurang menerima kebijakan itu karena tidak mustahil ada oknum petani atau nelayan ditanyakan dengan pemutihan utang. Dikit-dikit utang, dikit-dikit utang. Kalau begitu, mereka busa berutang lagi setelah diputihkan. Artinya, utang mereka diputihkan malah kelak nanti akan bernafsu kembali untuk berutang."

Selanjutnya, ada yang mengingatkan soal pemutihan utang. "Iya memang masuk akal. Tetapi, cuma dipikir-pikir, kita mesti hati-hati, pasti akan banyak yang bermain. Mereka yang punya muslihat ingin menghapus utang dengan mengatasnamakan petani atau nelayan. Oknum yang buru keuntungan dengan mendekati petani dan nelayan punya kewenangan. Itu perlu diwaspadai, iya kan?"

Katakanlah, ada kasus-kasus yang berlalu.
Tipu-tipu data pribadi. Utang bak hantu yang mengejar petani.

Untungnya, mereka tidak mengidap semacam skizoid. Gara-gara dikejar oleh penagih sampai dibayangi dan berhalusinasi ingin dibunuh itu sudah gawat, misalnya. Tetapi, petani sangat terbebani hidupnya karena utang menjeratnya, bukan berhalusinasi.

Lalu, bagaimana dengan utang UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) bersama petani dan nelayan ke bank ingin diapakan? "Ya, ia menjadi bagian kebijakan pemutihan utang."

"Anda seorang petani berutang cukup besar pada Kredit Usaha Tani (KUT) atau mungkin pada Kredit Usaha Rakyat (KUR)? Sabar sohib, ya! Semuanya akan ditanggulangi dengan pemutihan utang. Sisa verifikasi datanya."

"Begini. Tidak jarang berkomentar karena nggak paham apa maksudnya. Di sini tuh sebenarnya utang bad-debt alias utang yang sulit diselesaikan yang sudah write-off (diputihkan) dalam sistem perbankan nasional. Sepertinya, utang ini yang tanpa jaminan, hanya terlanjur nongol di sistem pinaltinya yang masih berjalan. Sehingga mereka yang tersangkut utang tidak bisa pinjam lagi karena kena daftar hitam. Itu saja. Oh, begitu toh!"

Hmmm. Salut dan bangga atas gebrakan yang jitu.

"Ahaa! Kalau bisa pinjol, judi onlen juga dihapus! Jangan sampai setelah pinjol, mereka lari ke judol. Jangan terlena bosku!"

Suit-suit! Langkah maju nih!

Heitss! Jika nunggak apa alasannya? Sekarang, jika petani dan nelayan kambuh untuk berutang lagi, bagaimana?

Hooeehh! Ini bukan soal urusan kreditur dan debitur dalam simpan meminjam. Ah, jangan dipaksakan dong! Baiklah. Pemutihan utang sekali lagi tidak bakal merusak bank. Ingat! Nanti kita lihat apa efeknya.

Tunggu. Selama kami melakukan monitoring program dan kegiatan di daerah, belum pernah kami menemukan suara-suara serak "becek" tentang utang petani dan nelayan ke bank dan pinjol. Yang terdengar ada utang ke rentenir.

Tetapi, mohon kiranya mereka yang tergolong petani gurem atau penggarap mesti keluar juga dari 'lingkaran setan kemiskinan'. Bicara apa ini sohib? Petani penggarap itu identik orang miskin. 

Saya kira, itulah sasaran dari kebijakan pemutihan utang karena buat apa petani atau nelayan berutang jika sudah mampu apalagi sudah kaya.

Konyolnya, mereka yang tidak menerima pemahaman sedalam apapun, tukang nyinyir kurang bersuka cita  menyambut terobosan baru itu. Mungkin di kepalanya masih tertancap prasangka aneh terhadap kebijakan pemerintahan baru. 

Yang jelas utang petani dan nelayan berbeda utang obligor nakal, yang tidak rela melihat kondisi yang diinginkan. Apa itu? Perubahan. Biar perlahan upayanya daripada tidak sama sekali berbuat untuk petani dan nelayan.

Berharap kebijakan pemutihan utang petani dan nelayan bukan ada atau tidak ada agunan. Mereka ada bukan dari masalah tentang percaya atau tidak pada rentiner dan pinjol, melainkan membangun kekuatan mereka sebagai petani dan nelayan agar tidak bergantung pada kreditur atau pengutang. Bagaimana caranya? Salah satunya, fasilitasi atau pemberdayaan petani dan nelayan hingga mereka benar-benar mandiri dan produktif. 

Di situlah pemerintah membuka akses mereka dalam layanan keterampilan, pendidikan hingga akses modal usaha. Ah, ya memang berangkat dari konsep teoritis. Itu memang tidak gampang. 

Lalu, kapan mulainya. Prooogh! Bukankah teori itu kebanyakan muncul dari pengalaman?

Bangkitlah negeriku! Amanah dan rubahlah pemerintah atas kondisi negeri menuju Indonesia adil dan makmur! Gombal ni yee!

Petani dan nelayan bersatulah melawan kemalasan! Heah, heah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun