Nyatanya, ‘penciptaan diri’ merupakan hasil dari ‘pembacaan diri’. Ia akan dibuntuti oleh ‘bayangan setan dekil’ melalui kesadaran. Nah, kegilaan tidak tergantung pada mnenomic, yaitu daya ingat kita. Orang yang melihat dalam kegilaan menjadi ingatan manis dalam babakan demi babakan kehidupan. Dari pikiran ke hasrat dalam kegilaan.
Dalam ingatan, bahwa manusia lebih sering diciptakan oleh kondisi tertentu. Melalui ingatan tentang topeng-topeng selalu ada di dalam dan di luar diri kita. Manusia dan bayangan tidak bisa dibedakan, ia hanya sebuah ingatan yang terbendakan.
Siapakah yang menyukai topeng atau bayangan dari mimpi?
Kegilaan dan Tidak Terpikirkan
Bukankah ini tantangan hidup, godaan lebih kuat dari pikiran? Sampai pada filsuf baru: Derrida atau Foucault masih perlu mencuri waktu untuk memaafkan bahaya kemarahan dan balas dendam.
Begitulah sesuatu yang tidak terpikirkan.
Sekarang, perhitungan tentang luas, panjang, kedalaman, dan ketinggian ditafsirkan melalui dunia maya. Kemudian, perubahan bentuk luar saja yang dapat memantulkan citra, dimana pikiran mendekati kegilaan. Anda bisa ragu bahkan nyinyir, bahwa kedalaman, ketinggian, luas, dan panjang dalam kegilaan yang berbeda.
Sedikit saja terpeleset (bahkan kita bermain dengan dunia maya terjebak dalam hubungan dominasi: tubuh yang menguasai dan dikuasai)! Betapa uniknya kerawanan pikiran! Terbuka bagi kita untuk mengarahkan mata pada kekaguman ini, maka kita akan dibuat tersengat-sengat selamanya!
Lihatlah bagaimana kita membuat segala sesuatu menjadi pucat, kalut, bersinar, dan bergulat kembali! Bukankah kita cukup lihai untuk memberikan pikiran pada kita menuju dunia artifisial? Sedangkan, pikiran picik memberikan retakan yang parah pada dirinya dan memantik kelihaian pada pikiran, dalam kekeliruan!
Lebih jauh lagi, kegilaan sebagai kemampuan tentang ‘ekstra-birahi’. Saya kira, kegilaan menghidupkan ‘intelektual yang payah dan lunglai’. Sehingga kegilaan bisa mengisi pemikiran subversif paling menggoda dan berbahaya.
Setelah Descartes, masih ada beberapa penggagas diri lain yang berpikir bahwa di sana ada sejumlah “kepastian langsung." Misalnya, "Aku berpikir berarti Aku” sebagai teks atau kosa kata Descartes. Bahwa “Aku melihat cahaya dalam keadaan terjaga”— seakan-akan persepsi mampu menangkap obyeknya secara murni, seperti ‘sesuatu yang bukan dalam dirinnya’ tanpa adanya bagian-bagian subyek ataupun obyek.