Selain itu, tidak ada rangkaian seperti tahanan dengan tangan terborgol hingga mata tertutup saat menghadapi tiang pancungan dalam aksi tatrikal yang sesungguhnya sebagai ekspresi perlawanan atas kuasa yang telanjang dan melanggar konstitusi. Saya kira, aksi teaktrikal sebagai upaya melepaskan "uneg-uneg" yang sudah lama bercokol di kepala.Â
Sebagian yang lain juga melepaskan rasa dongkol atas kondisi negeri yang kian kesini bertambah mengkhawatirkan di dunia online. Daripada acuh tak acuh, lebih baik netizen membuang curhatan di jagat medsos.Â
Lalu, lepaskan dan lepaskanlah secara kreatif!
Kata lain, pilihan-pilihan ekspresi diri secara individual dan kolektif sudah cukup banyak untuk bisa disalurkan. Di samping aksi unjuk rasa di jalan, juga aksi teatrikal yang tidak mengarahkan terlalu banyak massa protes di jalan. Ini saja dengan jalan aksi teatrikal mengandung seni perjuangan untuk melawan lupa atau membongkar topeng kuasa. Saya masih teringat suatu ungkapan yang mengatakan bahwa lebih berbahaya orang yang diam dan senyap daripada yang ceriwis dan banyak ocehan. Saya juga tidak mengatakan bersuara kritis itu tidak penting.Â
Coba kita lihat! Orang yang diam atau tidak banyak bicara sekali waktu beraksi, maka kesannya begitu menghentakkan.
Sudah tentu, saya melihat aparat hukum tidak akan tinggal diam untuk mengontrol aksi teatrikal yang dipertontonkan penghukuman pancung.Â
Aparat negara akan merekam kata-kata: penggal, penggal, gantung, gantung Jokowi!" Teriakan massa adalah teriakan murni dari jiwa tanpa permainan.
Suara kritis mereka tetap suara yang mengajak untuk mengembalikan kuasa di atas konstitusi. Saya dan Anda sadar, bahwa mereka bersuara tanpa kepentingan  sesaat, kecuali harapan masa depan bangsa.Â
Mereka mencintai sebagaimana penyelenggara negara ingin keadilan dan kesejahteraan dengan cara meninggalkan hal-hal berlawanan tujuan kita membangun negara dan bangsa. Saya kira, sampai di sini kita semua paham. Atau sebagian saja yang paham tentang kondisi negeri kita.Â
Hanya Anda yang lebih tahu apa gambaran ini dan itu di kepala Anda sendiri?
***