Akan tetapi, iklan Bimoli merupakan satu sisi dari ilusi dan nyata. Iklan Bimoli itu nyata betul dari ilusi. Kenapa?
Karena tersihir dengan iklan, kita ingin beli minyak goreng bermerek Bimoli ternyata anggapan kita jika isinya tiga liter. Hasilnya, cuma satu liter. Kita mulai berpikir tentang dunia dengan caranya sendiri, ilusi dan mimpi antara “tubuh” dan ”hasrat” yang nyata.
Korbannya pun nyata. Hasratku, tubuhku nyata di balik iklan Bimoli!
Dunia tanda dengan indeks kebahagian global dianggap terlalu besar bagi selera atas iklan Bimoli. Iklan lebih suka dengan rincian kecil. Di situlah peristiwa kecil yang tidak sepeleh.
Sebaliknya, kita bisa memandang sesuatu dari sisi keindahan dan dalam musik yang menggairahkan setelah iklan Bimoli.
Lebih dari itu, tubuh bukanlah sumber penderitaan, siksaan atau kelesuhan kita, melainkan iklan Bimoli yang telah diketahui. Tatapan terhadap iklan Bimoli tidak lebih sebagai bibit-bibit daya aktif. Ia berkaitan dengan rasa kepo dan tanda hasrat.
Wah, jadi seru nih! Meskipun iklan Bimoli tidak sepenuhnya disadari sebagai mesin selera dan celah bagi kenikmatan alamiah.
Kata-kata dari ”tapi kecil-kecil” dalam.iklan Bimoli juga bukan sesuatu yang ringan kita menggambarkan sebagai lingkaran luar dan pembacaan kita.
Batas-batas iklan Bimoli berarti menutup kesadaran mengenai betapa pentingnya gagasan anti kemandekan, kepasrahan, dan gaptek parah.
***
Rasa jenuh dan ngelantur kadangkala memberikan ruang sempit bagi tubuh yang sepenuhnya telah diketahui di dalam pikiran.