Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Sekadar Teks Tertulis yang Kacau

14 Maret 2024   21:51 Diperbarui: 19 April 2024   14:40 1636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demi aliran hasrat, maka aliran tulisan subversif dikontrol oleh kuasa atas tubuh ala Foucauldian. Kemudian, mekanisme pembacaan atas peristiwa atau realitas yang bias dan secara sepenggal-penggal direnggut oleh diskursus intelektual melalui tulisan subversif melebihi aliran musik dan seni patung  (atau pejuang "nasi bungkus" yang “mematung”). 

Serupa halnya dengan rasa sakit dari si penuntut reformasi bukan karena akibat luka, tetapi ketidakhadiran tulisan gila.

Lain halnya, peristiwa anyar yang direpresentasikan musik. Ia merupakan pembangkit jiwa, didengar sekaligus dibaca dalam kedalaman maknanya. 

Musik mengatasi dirinya dari lirik lagu yang tertulis. Musik dengan lirik lagu "pedas" yang tertulis, apalagi bernada kritik sosial ‘penanda despotik’ (otoritarianisme ala Soeharto).

Tanda-tanda dan jejak-jejak peristiwa penting memang tidak sepenuhnya berasal datang dari buku. 

Tetapi, obyek memengaruhi hasrat dan selera terhadap tulisan. Teks tertulis masih terus menjadi wilayah rawan lantaran buku atau tulisan didalamnya ada ‘subversif’ yang senyap.

Sebagaimana penulis, seorang pelukis pun bisa membuat suatu komposisi warna pada suatu obyek lukisan, menutupi celah seni, khayalan, dan imajinasi (bukan si boneka fotografis), yang tidak dituruti sesuai dengan pilihan. Pelukis tanpa jarak menurut selera seperti warna baju yang dipesan oleh kolektor lukisan.

Merepresentasikan lukisan, dalam obyek lukisannya dengan cara menguras gaya dan rahasia melalui kanvas sang pelukis, selanjutnya ditransformasikan kehadirannya dalam cermin, tanpa  gambar hidup. Mengikuti lintasan dan jejak yang ditinggalkan, aliran cat lukisan sesuai aliran hasrat untuk melukis sembari menatap hari-hari yang tidak menyisakan saat-saat lengang.

Sesungguhnya setiap gambar hidup (bukan sebuah cerita dalam film) sebagai obyek hanya melayang-layang antara representasi dan ketidakhadiran rujukan tulisan. 

Tentu saja tulisan perlu celah dan ruang kosong. Dari lintasan dan jejak peristiwa sebelum celah dan ruang kosong bagi tulisan lebih mewaspadai ketidakhadiran rujukan.

Apa yang bertamasya dengan tulisan sejauh ia menertibkan dan melampaui kegelapan citra cermin (akibat teror cermin atau bayangan diri), saat penundaan kesedihan, rasa benci, dan taklid buta, seperti hasrat yang telah keluar dari lingkaran represif menjadi subversif, yang diselipkan dalam razia buku. Bagaimanapun juga, aliran produksi hasrat mesti bebas dari rezim kuasa yang represif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun