***
Hasrat untuk menulis belum nongol di ruang khalayak ramai. Dari tulisan tragis, ”wangian” tubuh diramu dalam satu tujuan untuk menjerumuskan lawan politik.
Tanda-tanda dan jejak-jejak peristiwa yang dilalui oleh tulisan. Saat garis batas cahaya dan kegelapan sudah lenyap, kecuali momentum kegilaan dimeriahkan melalui tubuh.
Sejak pagi sampai senja, titik dimana saya berhasrat untuk menulis sesuatu sebetulnya tidak tahu apa yang saya tulis.
Suatu momen yang aneh? Saya tidak tahu dari titik mana saya memulai.
Malam yang dikuasai adalah malam yang gila. Siang nampak kelam. Dari titik tolak ini, di bawah tiga hal: pengetahuan, keindahan, dan kuasa. Tubuh memancarkan kilatan karena ia telah direnggut oleh pesona yang tenggelam saat siang.
Siang dalam kelengahan. Tubuh merupakan agen-agen kuasa. Seperti rapuhnya rumah laba-laba. Jadi, tubuh membuat tulisan soal kejatuhan dan kejayaan kuasa atau sejenisnya.
Singkatnya, kerancuan tulisan tidak lebih baik daripada apa yang telah dikenal sebelumnya.
Menyangkut eporia menulis seiring eporia Reformasi 1998, melainkan dari mimpi dan khayalan yang terepresi menjadi ‘tubuh yang terjinakkan’. Selayaknya dalam hal ini, tulisan menciptakan ‘tai mata’ (maaf agak jorok) tidak datang dari ayunan tidur yang mendengkur.
Tetapi, ia datang dari momen tidur nyenyak semalam. Karena kekerasan adalah mimpi buruk yang diberi kisah dari banyak versi dan berbagai arah.
Dari teks tentang kegelapan. Ia tertuju pada kelahiran tulisan ngawur dan penanda aneh. Ia menyesuaikan dengan kelengahan atas celah dan rasa puas. Karena itu, bentuk tulisan bertahan sampai titik akhir tubuh.