Nilai budaya leluhur selaras dengan nilai luhur agama. Di situlah syarat kenyamanan diperlukan sekaligus keintiman terjalin akibat keragaman budaya, agama, bahasa, suku, dan antargolongan.
Semuanya ada di Bali. Boleh dikata, Bali merupakan model "miniaturisasi" kebinekaan. Karena kerukunan dan toleransi dianggap sudah mendarah-daging sebagai bentuk keintiman masyarakat beragama di Bali, maka hidup nyaman pun bisa dirahi dalam kehidupan.Â
Kita salut karena di Bali menjadi tolok ukur kebinekaan, terutama pandangan mayoritas terhadap yang minoritas. Sejauh ini, hidup nyaman dalam keintiman dengan jalinan kerja sama menghiasi kehidupan beragama.Â
Ayo bro! Pingin hidup nyaman dan rukun antarumat beragama! Bali contohnya!Â
Saking dahsyatnya, saya mengambil best practice, 'praktik terbaik' kerukunan umat beragama yang bikin hidup nyaman minoritas umat Islam di Bali. Kita angkat jempol bertubi-tubi.Â
Kenyamaan hidup beragama datang dari keintiman yang tulus. Kondisi damai dan akur-akur saja antarumat beragama sebagai keintiman paling besar.
Tercatat penduduk beragama Islam di Bali sebesar 11,97 persen atau 520.244 jiwa dari 4.344.554 jiwa (BPS, 2023). Penduduk beragama Hindu sebesar 86,59 persen atau 3.247.283 jiwa.
Saudara dan antum tahu, di Bali, ada tradisi menarik dari kampung Kecicang, Karangasen, misalnya, yang masih belum membuat orang terkagum-kagum menyaksikan di media onlen atau di YouTube. Apa ya! Tari Rudat sebagai akulturasi alias perpaduan antara budaya Bali dan Timur Tengah.Â
Kampung menjadi kampung yang hidup nyaman karena toleransi yang diintimi oleh warga muslim sebagai minoritas di Bali. Ini betul-betul sebuah mimpi yang indah dari dunia nyata.
Sekitar empat kampung Muslim sebagai bukti hidup nyaman dalam keragaman. Untuk kebutuhan, cuma kampung Kecicang.Â
Selain itu, ada kampung Gelgel, Klungkung. Masyarakat di sana percaya kampung Gelgel sebagai kampung Islam tertua di Bali. Alasannya, Islam dibawa oleh pasukan Majapahit yang muslim ke kampung Gelgel sejak ratusan tahun yang lalu. Kita cuma bisa berimajinasi. Oh, ratusan tahun!