Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memikatnya Adegan, Menjeritnya Layar

24 Agustus 2023   13:33 Diperbarui: 3 Januari 2024   09:46 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari mimpi dan khayalan dengan ingatan muncul dari adegan dan layar kelaparan. Akibat kelimpahan kebutuhan pangan sejelas-jelasnya dapat diterangkan melalui tanda-tanda, dimana obyek tatapan datang dari layar kelaparan. Sebuah layar datang dari jarak jauh, tetapi dekat dengan gambar adegan kelaparan melalui medsos dan medium lainnya.

Untuk melihat gambar adegan kelaparan, maka layar yang kita tatap menjadi bagian-bagian yang terkecil. Pada saat tatapan muncul di tengah benda-benda yang tidak tembus cahaya, maka layar kelaparan menjadi kecepatan tangkapan mata melebihi suara jeritan anak-anak. Kehidupan memang sebagai adegan dan layar sebagaimana peristiwa kelaparan berbanding terbalik dengan ruang ‘kemakmuran bangsa-bangsa’ dalam teks Adam Smith (The Wealth of Nation, Volume I-II, 1958). Jeritan orang-orang sebagai layar merobos obyek tatapan. Tanda kehidupan tanpa pesona kelimpahruahan obyek tatapan. Siapa juga yang peduli dengan judul buku tersebut ketika orang-orang dalam kelaparan.

Teks tertulis dari layar medsos sebagai jeritan melebihi pesan melalui layar lainnya tentang kelaparan. Tetapi, ada juga jeritan dalam bentuk yang berbeda, yaitu kesenangan. 

Hasrat untuk peduli sesama sejalan dengan kesenangan untuk menatap adegan di layar medsos. Kesenangan bukan semacam menari-nari di atas penderitaan orang lain. Kesenangan semu dari jeritan di balik layar keserakahan. Mengapa jeritan? Keserakahan adalah kesenangan semu yang terjatuh dalam kekosongan. 

Sayangnya, keserakahan berada dalam kelupaan di tengah kesenangan semu. Layar yang satu ada karena layar lainnya begitu nyata.

Lalu, jangan dibayangkan di kepala kita tiba-tiba bertengger pihak perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan (BULOG) dan pihak terkait lainnya untuk segera melayani orang-orang lapar di Papua Tengah. Bukan itu yang kita maksud bantuan besar. Kita juga tidak berani untuk menolak pihak terkait untuk peduli sesama. Bersyukurlah, warganet yang gesit mengontak Kementerian Sosial. Oh iya, jika sodara-sodara menemukan masalah bansos kelaparan, tolong kontak nomor 0811 XX XXX XX! Hotline alias call center ini setiap saat dibuka layanan informasinya. Hei kawan, jangan ketawa dulu! Jangan pula 6 (enam) orang lapar di Papua Tengah dijadikan bahan gosip. Namanya juga kelaparan, jelas tanpa lelucon. Terserah, dicap sok moralis atau bukan. Yang jelas, kelaparan cukup diketahui melalui adegan dan layar.

Warga Papua Tengah mungkin sedikit memelas ketika menjelaskan kondisi kelaparaan. Kita tidak tahu persis berapa kali mereka menjelaskan kondisi kelaparan kepada pihak terkait. 

Kisah pilu dari penduduk yang dilanda kelaparan menggetarkan nurani. Bukan dompet yang amblas. Cukup itu dulu. Kita tidak butuh jargon belaka. Kita juga jangan repot-repot mencari pendekatan analisis statistik terhadap kondisi kelaparan. Biarkanlah adegan dan layar yang berbicara!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun