Semuanya itu tidak ada relasinya dengan rangkaian aliran kode moral, melainkan hasrat dan perjuangan dari kesenangan. Mesin abadi merupakan pengantar yang baik bagi rangkaian gelak tawa dan jeritan ditemukan di dalam dan di luar jaringan tulisan.
Banyak pelajaran dari jaringan ini melalui layar yang ditonton, ternyata luapan hasrat birahi tidak menjadi sekedar diangkat dalam kisah nyata, dituliskan yang bertujuan untuk mengurangi overproduksi gelak tawa dan jeritan manusia. Ia tidak menyembuhkan, malahan ia menjadi kekerasan citra-teks melalui layar yang menciptakan mimpi dan kesenangan nyata dari tulisan.
Tetapi, citra-teks tertulis-suara Ilahi dalam Al-Qur’an yang bergerak terus menerus tetap tidak merubah teks aslinya. Meskipun citra virtual menggantikan novel melalui reproduksi, sang sutradara tidak serta merta menghancurkan sang penulis. Maka dari itu, keduanya dikembalikan pada penonton atau pembacanya untuk menilai yang mana sisi gelap dan sisi terangnya. Seluruhnya diserahkan pada teks tertulis yang datang wahyu.
Akhirnya, penulisan atas wahyu dalam periode sahabat Nabi SAW menjadi "kisah nyata" mampu menerobos dinding zaman atau batas-batas waktu dan melampaui buku fiksi. Kisah nyata yang tertulis menghimpun terang dan gelap hanya menjadi sisi samar-samar. Titik lupa diri direnggut oleh penerobosan aliran tulisan paling tua dari zaman awal penulisan mushaf Al-Qur’an. Penulisan tersebut bukan kehadiran ganda, yaitu terang dan gelap. Jalinan dalam jalinan.
Ingatan tidak muncul dalam teks tertulis tanpa jalinan korespondensi jiwa dari penulis, kecuali menerobos ingatan yang lambat. Ingatan bukanlah representasi bahasa lisan bagi yang lain.
Bagaimana membunuh kejenuhan, kita mungkin terlalu banyak bersenang-senang membaca kartu. Tatkala Anda melepaskan semua kengerian, maka bacalah di dalam pikiranmu!
Terlalu banyak membuang kotak suara publik. Tidak ada gaya mengambang atau datar di nol gravitasi apabila teks tertulis tertanam atau tergoreskan tanda tidak membebani kotak suara kosong. Pernyataan dan proposisi tentang deus ex machina keluar dari fungsi sutradara, aktor dan panggung atau pengarang, pembaca dan kertas.
Terlalu lambat untuk diawasi secara ketat, dimana represi hasrat menjadi “kekerasan teks.” Pergolakan persepsi akan dimasukkan dalam kolom, paragraf, dan fragmen yang tersusun untuk dintimi.“Anda tahu ini adalah produksi citra yang dipasarkan. Kami sedang mengawasi produk terlarang. Demikian juga kami. Terima kasih pada Anda. Berkat pergerakan Anda, produksi tuilisan akan merosot.
Anda memainkan permainanmu, saya menghentikan tulisan yang sudah kadaluwarsa. Tidak ada pengadilan, tidak ada hukuman, kecuali hanya daftar tuntunan, jika tulisan yangbsudah usang setelah sekian lama wahyu sudah tidak ada lagi.
Wahyu, tulisan, Al-Qur’an, dan pengetahuan selalu dalam bentuk yang bisa disentuh dengan tubuh murni. Tetapi, citra ditopang oleh hasrat dan kesenangan dari banyak orang melalui tubuh, tatkala tokoh penafsir muncul sebagai bahan pembicaraan. Teks tertulis sebagai tubuh menyerap abjad dan numerik dalam naskah atau kertas. Ejaan dan lafasnya sejajar dengan aliran hasrat dan kesenangan untuk pengatahuan tentang tulisan. Suatu daftar permainan sedang dibacakan. Kotak suara publik menjadi permainan, suatu ruang mengambang bebas bagi mesin citra-kata. Ingatan, ejaan, dan lafaz dari tokoh legendaris sedalam dan sedekat dengan mesin citra-kata yang dapat ditekstualkan kembali melalui permainan yang diproduksinya.
Penulis atau penafsir tidak memerlukan lagi kotak suara publik. Dia menciptakannya sendiri dari pemikiran dan penafsiran baru ke pemikiran dan penafsiran baru lainnya.