Makna yang berbeda dan selalu berubah muncul dalam pemikiran, pemahaman, dan penafsiran.
Makna yang beragam dan selalu berubah dalam teks Al-Qur’an setelah penafsiran dari penafsir tidak hanya mewujudkan dirinya, tetapi juga melampaui “jejak” (tulisan) itu sendiri. Maka sebagai akibatnya, tulisan akan melahirkan makna. Mustahil makna mendahului tulisan dalam teks Al-Qur’an. Kata lain, tulisan sebagai aliran hasrat untuk pengetahuan yang dipadatkan setelah Al-Qur’an diwahyukan. Ajaibnya lagi, teks tertulis dalam wahyu (Al-Qur’an yang dipadatkan) telah mengatasi rujukan yang tidak stabil. Teks tertulis dalam mushaf Al-Qur’an dengan makna selalu berubah dalam relasinya dengan pembaca dan situasi pembacaan yang berbeda-beda karena tidak cukup hanya sampai pada tahapan wahyu. Karena itu, wahyu niscaya dituliskan dengan tulisan yang hidup dan tidak setara dengan tulisan lainnya.