Mengapa Yana terperangkap oleh hasratnya sendiri? Yana tergoda dengan hasrat untuk memiliki.Â
Dia betul-betul dalam ketidaksadaran. Suap menjadi "mesin ketidaksadaran" yang nyata.
Jelasnya, Yana Mulyana terciduk oleh KPK karena terduga kasus suap dari rekanan dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa. Dia rupanya "tergiur" proyek, "terlena" dari intaian KPK. Demi fulus, itulah penangkapan banal, yang sia-sia. Muka mau ditaruh dimana?
Yang tergoda dengan uang suap antara pejabat dan rekanan. PT Sarana Mitra Adiguna (SMA) sebagai rekanan pengadaan CCTV dan layanan jasa internet untuk program Bandung Smart City memberi suap pada Yana Mulyana. Tidak hanya itu, KPK juga mengendus Yana menerima suap dari rekanan yang sama untuk plesiran bersama keluarga ke luar negeri. (detik.com, 16/04/2023)
Aduh! Anda bisa menghela nafas pelan-pelan. Ini gambaran banalitas kesenangan. Demi hasrat dan kesenangan, mereka rela menghambur-hamburkan duit.
Abad banalitas yang lahir sebelum kursi empuk kuasa  berakhir dengan rompi oranye. Masa jabatan takluk di hadapan banalitas, kesia-siaan. Kenikmatan akan korupsi sebagai banalitas.
***
Hari-hari kegembiraan karena keistimewaan bulan Ramadhan tiba-tiba terguncang dengan peristiwa banal. Langit dan bumi orang berpuasa menahan jebakan-jebakan nafsu.Â
Suatu nafsu atau hasrat untuk memiliki sebelum bulan mulia itu muncul akan menjadi sia-sia.
Peristiwa memalukan itu terjadi tatkala penangkapan Yana Mulyana sebagai terduga kasus korupsi bergerak dari satu arah. Sementara, Ramadhan melintas dari arah lain. Pendulum dalam kuasa waktu.
Maka dari itu, betapa gembiranya orang yang berpuasa pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Kita menikmati i'tikaf, tadarrus, bersedekah, dan sejenisnya. Istilahnya, kencangkan ikat pinggang, gaspol beribadah sebelum garis finis Ramadhan.