Selama tahun politik, permainan politik kembali riuh memenuhi jagat diskursus. Tetapi, riuhnya peristiwa yang terjadi, diskursus intelektual terasa hambar tanpa pilihan politik dan pilihan seksual.
Pertanyaannya, apa hubungannnya pilihan politik dan pilihan seksual dalam kontestasi pemilihan umum?
Dalam benak kita mungkin tergambar kisah seorang politisi terduga melakukan pelecehan seksual terhadap stafnya. Maaf (vulgar), diajak wik wik dulu sebelum masuk ke bilik suara.
Gambaran tersebut amat berbeda dengan apa yang dimaksud pilihan politik sebagai pilihan seksual.
Ini bukam fantasi gila-gilaan. Lalu, apa yang dimaksud pilihan politik itu juga pilihan seksual? Sabar sodara!Â
Marilah kita sejenak merenung sembari periksa di bagian kepala, jangan sampai rambut rontok.
Mengapa kita memilih si ang, si ing atau si eng?
Ada kemungkinan kita memilih lantaran ada daya pikat tersendiri. Kesan pertama begitu menggoda.
Alasan lain, mungkin karena kita lebih bergairah memilih calon pemimpin yang akan membawa masa depan gemilang negeri ini, misalnya.Â
Jadi, sesuatu yang memikat dan merangsang itulah politik serupa seksual dalam pengertian yang luas.
***