Buku sebagai libido mengalir keluar melalui tubuh. Buku bersama pengarang memiliki keserbaragaman sel yang memasuki pasangan, keluarga, pribadi, dan obyek. Buku tidak lebih dari pemenuhan hasrat.Â
Bisa dikatakan hasrat atau libido bukanlah permasalahan moral. Selama ini, libido yang dimaterialisasi melalui buku merupakan bagian dari kebenaran.Â
Untuk itu, semacam tawa yang tidak lucu datang dari hasrat seksual non manusia dalam pengertian luas melalui buku.
Setiap orang memiliki anugerah tubuh sebagai teks yang digoda oleh teks lain. Sang nyata begitu datang terlambat. Kalimat yang dibentuk dari suara ke teks. "Mereka makan bersama pria seksi dengan dada berbulu", "Anda dianugerahi kulit putih mulus yang merangsang." "Mereka mencicipi makanan cepat saji yang lezat" terjalin relasi bolak-balik dan teracak melalui relasi hasrat, tubuh modal dan tubuh seksual.
Masyarakat secara umum dan kaum terpelajar secara khusus berada dalam relasi bolak-balik. Mereka belum tentu mengalami sintesis obyektif dalam mengiringi pergerakan 'libido' melawan 'logos', 'kamus' melawan 'ensiklopedia', 'batas' melawan 'batas', 'aksioma' melawan 'takhyul', dan 'konsep melawan 'alam'.Â
Sebaliknya, pada kecenderungan lainnya, saat tidak ada lagi metafora, pergerakan arus produksi hasrat non manusia, tanpa penalaran logis-analitis sebelum suara-suara kritis meledak keluar untuk menghadapi ruang kosong.
Banyakkah fakta atau ilusi yang hadir dalam dunia? Bentuk kegoncangan ekonomi, wabah penyakit, kriminalitas, kelaparan, perang, perubahan iklim, rumah tangga berantakan, terorisme (asli), dan peristiwa politik tidak cukup menjadi teori atau analisis panjang lebar. Â
Berkaitan dengan teori, dimana teori bukan hanya menjadi bagian dari peristiwa, tetapi juga menempatkan dirinya sebagai sumber takhyul dan menjadi korban dari realitas yang menghilang dari pandangan kita atau dari serangan hiperealitas. Teori bukan hanya melampaui dirinya, tetapi juga korban dari simulasi sampai kematian menjemputnya.
Begitu pula kegilaan terhadap buku mengakhiri teori. Buku sebagai libido dalam kaitannya dengan pengetahuan (kertas dan laboratorium) memiliki peranan penting dalam pembentukan relasi ekonomi, dimana tanda-tanda muncul dengan teks yang dibaca orang berada di taraf kode dan makna.Â
Hal ini tidak berarti aliran hasrat telah keluar dari penguraian 'darah idealis', yang membuat teks ada melalui tubuh sebagai kekuatan sang pengarang.
Sebaliknya, pengarang bisa melihat aliran darah bukan model ritual dari sekte kepercayaan atau tatanan primitif, melainkan pengetahuan untuk melawan taklid buta.