Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Demam Utopia

22 Desember 2022   21:15 Diperbarui: 18 Januari 2025   06:06 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di lain waktu, saya mengunjungi lantai perpustakaan itu. Koleksi bukunya nyaris seratus persen berbahasa Inggris. 

Saya mencari judul buku yang menarik dan sesuai dengan selera. Mungkin belajar secara otodidak begitu istilahnya.

Buku yang berjudul Utopia, karya Thomas More (1478-1535) ikut terpajang di rak buku perpustakaan. Cukup kentara, buku-buku itu jarang disentuh. Kira-kira kurang sekali dari setengah senti debu menempel di buku. Termasuk buku Utopia. Dasar mabuk buku! 

Ketika saya berada di perpustakaan, saya termasuk orang yang tidak bisa "menyicil" jika sekadar meminjam buku itu. Membaca pelan-pelan malah menambah pusing. Saya suka melihat indeks buku. Utopia memang luar biasa.

Bagaimana dengan kata utopia? Utopia itu apa?

Kita terpaksa membuka Wikipedia. Kata utopia berasal dari kata Yunani. Utopia terdiri dari kata ou berarti “tiada” dan topos berarti “tempat.” Jadi, secara harfiah, utopia berarti "tidak ada tempat”

Utopia berbeda dengan  “antah berantah,” suatu dunia dongeng alias dunia lamunan. Utopia lebih dekat dengan ungkapan negeri impian atau tatanan masyarakat yang sangat didambakan.

***

Utopia tidak berkaitan dengan perwujudan apa-apa yang ‘tidak mungkin’ dan ‘mungkin’ atau apa-apa yang ‘tidak realistis’ dan ‘realistis. 

Utopia membawa kita pada dunia yang sama sekali tidak diketahui dari mana ia mengambil ‘titik tolak’ dan ‘titik akhir’. Kelahiran utopia menjadi sumber penghancuran keduanya, tanpa jarak dan lintasan.

Utopia bukanlah bagian dari “dasar terdalam” dari sebuah ‘bangunan harapan atau mimpi’ tentang masa depan. Sebaliknya, Utopia tidak lebih pembebasan dari belenggu masa depan atau penghancuran mimpi, penolakan terhadap representasi, dan pengingkaran atas kehadiran. Ia muncul dan sekaligus mengungkapkan dirinya apa-apa yang tidak dimaksudkan dengan retakan, patahan, dan arus peristiwa yang tidak terbayangkan yang ditumpahkan oleh utopis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun