Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ironi dan Kelucuan

26 November 2022   08:05 Diperbarui: 27 November 2022   19:58 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang tidak merasakan mencubit kulit sendiri di saat mencubit kulit orang lain karena pengetahuan tentang obyek yang sama belum tuntas maknanya, kecuali obyek yang ironis. 

Kulit murni dipindahkan dari kulit yang berada di bagian pahanya melalui operasi plastik. Jantung seseorang yang meninggal dijadikan nilai kebajikan bagi kelangsungan hidup orang lain melalui transplantasi jantung.

Ia menjadi obyek pengetahuan dalam dunia kedokteran. Ironi adalah keterbalikan di balik dunia tiruan menjadi lebih nyata melebihi apa yang terpikirkan dan tergambarkan dari seluruh kemanusiaan yang nyaris menjadi mayat.

Apalagi yang lebih menggairahkan pikiran dibandingkan dengan ‘tampilan luar’ dari obyek tanpa batas? Orang akan mengetahui, bahwa kelenyapan obyek dan subyek tidak membuat ironi dan kelucuan ikut memudar. 

Obyek yang memudar sejauh pengetahuan melalui informasi tanpa kelucuan mengiringi kenyataan yang ironis. Mustahil pengetahuan muncul sebelum ada ironi dan kelucuan yang menguatkan eksistensinya.

Tahapan akhir dari pergerakan tampilan luar melalui simulasi hingga kita dapat mengatakan  lebih lucu dari kata-kata yang menyembunyikan apa sesungguhnya hakikat filsafat dari keadaan, ucapan atau teks tertulis. 

Pada saat seseorang memuji dan membandingkan dirinya dengan teman sejawat Anda karena kecantikannya, saat itulah Anda akan lenyap dan yang lainnya lebih nyata. 

Orang-orang akan membawa ironi keluar dari dunia ini tersimulasi hingga rampung. Anda begitu piawai memainkan gaya komedian. Anda terlihat sepuluh tahun lebih tua dari saya. Semuanya ini datang dari kelenyapan maknanya sendiri setelah melahirkan kenyataan suatu ironi subyek yang tidak berselang-seling dengan obyek. Ironi subyek yang berhubungan dengan proses kedekatan obyek terperangkap dalam dirinya sendiri.

Apakah dampak dari semuanya ini akan terlihat dalam penampakan keadaan sesungguhnya melalui keadilan hukum yang pincang? Lalu, "guys" beralih pada analisis data kemiskinan di negeri kaya? 

Terhadap absurditas hukum tertuju pada citra antara titik pergerakan naik dari ironi dan pergerakan menurun dari kelucuan. Kedua titik pergerakan menandai seseorang yang baru merahi penghargaan Revolusi Mental Award sebagai bentuk apresiasi dari pemerintah padanya, tiba-tiba ditetapkan menjadi tersangka oleh institusi penegak hukum karena kasus korupsi (lalu, siapa yang ingin bertepuk tangan?). Apakah dia telah terlanjur tidak mengetahui apa-apa (ironi berasal dari kata Yunani eironeia, yang berarti ‘pura-pura tidak mengetahui’)?  

Dalam kenyataan, ironi bisa saja menimpa seseorang yang tekun beribadah, tetapi memiliki kegemaran untuk korupsi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun