Keadaan tersebut memungkinkan seseoran mengambil komik, lalu disandingkan dengan menonton kisah filsuf modern dalam sinema.Â
Obyek yang instan tidak menuntun pengetahuan, karena membuat kita malas untuk memikirkan sesuatu, yang semestinya tidak perlu diketahui melalui pemikiran filosofis.
Disitulah pengetahuan subyek tidak dapat bermain dengan pikiran bebas terhadap obyek. Dalam gabungan khusus, dari ironi dan kelucuan, kita akan melihat perbedaan antara mengetahui dan pengetahuan, pura-pura tidak tahu dan mengetahui. Semuanya adalah makhluk alamiah yang tidak dapat mengontrol dan membaca dirinya sendiri atau mendengarkan suara dari pikirannya mengenai subyek dan obyek di sekelilingnya. Kita tidak dapat memastikan obyek pengetahuan sebagai sesuatu yang otonom dalam memberikan kepastian atas diri sendiri.
Setiap orang akan menduga, bahwa Anda dapat saja menjadi subyek dan obyek berubah menjadi Anda, yang bermain dengan dunia berganti menjadi subyek dan obyek bagi dirinya sendiri.Â
Dari sini, pemikiran menikung dan memutar dari arah dan jalur mana pengetahuan digali dan dimengerti oleh seseorang.
Kita menanti untuk mendengarkan bagaimana seseorang menjelaskan tentang obyek atau keadaan yang ironis berbeda dengan peristiwa lucu yang telah ditulis dan dibaca oleh orang lain. Suatu pemikiran lebih penting untuk tidak perlu dipaksa.
Selanjutnya, menerima energi yang telah letih lebih dahulu sebelum membuat dahi berkerut sebagai pelepasan, tanpa beban kemungkinan yang terjadi dari keadaan semestinya.Â
Apa yang kita tidak ketahui bukan karena pengetahuan, tetapi kita tidak mampu berpikir tentang peristiwa yang remeh-temeh.
Kadangkala kelahiran ironi dan kelucuan malah akan menjadi pemikiran yang khas. Tidak jauh berbeda dengan pengetahuan, ironi dan kelucuan mengingatkan kita pada abjad atau kata-kata yang tidak sesuai dengan pembicaraan dan tinta di atas kertas. Â
Andaikata obyek pengetahuan berupa pengetahuan disipliner ilmu-ilmu sosial kemanusiaan dan ilmu eksak begitu menggairahkan melebihi obyek yang bersifat pasif dengan maksud untuk menggoda kita. Tetapi, godaan tidak membuat kita untuk mengingatkan pada keadaan ironis dan pengetahuan yang membantu kita mencapai kesamaan akan kenyataan dengan apa yang sekadar kata-kata yang berada di atas kertas, yaitu melalui ironi dan kelucuaan.
Kita tidak mungkin akan mencapai pengetahuan begitu saja tanpa mengenal dengan baik tentang kehidupan yang ditopang oleh silih bergantinya pergerakan antara ironi dan kelucuan.Â