Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Permukaan dan Perbedaan

24 November 2022   08:05 Diperbarui: 12 Juni 2024   13:37 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi warga Papua bersalaman dengan Presiden Jokowi (Sumber gambar : kaskus.co id)

Anak-anak muda berdiri di depan pagar sambil membawa bendera, dimana kanvas berada antara di dalam dan di luar. Tapal batas yang ditetapkan lukisan yang ditatap oleh pengunjung. “Anda tidak perlu melihat kulit tubuh orang lain, lihatlah kulit Anda sendiri!” Ia menuju permukaan yang terjatuh dalam kanvas perbedaan.

Tidak sedikit dari anak-anak muda menerima oposisi duaan. “Barat” dan “Timur,” “Putih” dan “Hitam,” “Tinggi” dan “Rendah,” “Maju” dan “Tertinggal” sesungguhnya bukan perbedaan, melainkan permukaan alamiah. 

Semuanya bukan hanya relasi simbolik, tetapi juga akhir dari perbedaan, ‘perbedaan tanpa perbedaan’, sekalipun tidak nampak di atas kanvas, di tembok atau di atas kepala gundul.

Dari sini, perbedaan bukanlah oposisi dan permukaan, dan juga bukan berarti superfisial. 

Permukaan dan perbedaan menjadi kuantitas yang bisa dikualitaskan, sebaliknya juga, suatu kualitas yang dapat dikuantitaskan.

Pada aspek kuantitas, setiap perbedaan tidak cenderung menolak perluasan dan kualitas yang di bawahnya, tetapi bagaimana membalikkan gambar yang melintasi pikiran yang terperangkan dalam kuantitas. 

Sebagaimana oposisi akan menghilang dalam perbedaan, kesejahteraan sosial pun akan melalui permukaan, muatan, warna, durasi, jarak, dan bentuk. Dari waktu ke waktu akan mengaburkan perbedaan dari identitas kebangsaan. 

Demi kedalaman selera yang kosong, permukaan pun dikorbankan, yang tidak sepenuhnya menunjukkan perhatian pada perbedaan hirarki melebihi kulit, telinga, mata, bibir, dan hidung anak-anak atau masyarakat Papua di atas kanvas.

Sebelum akhir pergerakannya, peristiwa mutilasi yang dilakukan oleh oknum aparat negara terhadap warga sipil Papua tidak secepat dari perkiraan sebelumnya. Kasus mutilasi merebak dan pelakunya menjadi daftar pencarian orang (DPO) tertangkap akan terjerat hukuman maksimal. 

Terdengar berita, jika kasus itu berawal dari transaksi. Kebenaran lebih berbahaya jika muncul ke permukaan, daripada disembunyikan di bawah permukaan.

Saya pikir, selambat-lambatnya, mereka para pemuja permukaan akan lebih berbahaya jika seorang atau kelompok orang mengobarkan perbedaan secara tajam. Usai menerima perbedaan, mereka akan berulah di balik gambar atau di balik permukaan sesungguhnya masih sebuah teka-teki bagi pikiran kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun