Saya tidak bercanda, tatkala zaman ini, kita masih menemukan ruang bebas, dalam kesenangan untuk menghadapi krisis demi krisis, yang mematikan seluas ruang bebas itu sendiri.
Kini, penularan krisis berkembang tidak hanya melalui ruang hampa udara dan gravitasi artifisial, tetapi melalui ruang bebas setelah kita tidak mampu tergiur apa-apa lagi.Â
Sampai pada titik terjauh, tidak ada lagi kehidupan lain, kecuali dimulai segalanya apa-apa menampakkan titik akhir. Akankah tamat filsafat hanya gara-gara membuang limbah sembarangan, aksi main hakim sendirin, dan riak-riak lain?
Sejak kapan filsafat mempermasalahkan krisis? Memangnya filsafat tidak berada di ujung tanduk. Selangkah lagi, filsafat akan menjadi sumber krisis.Â
Tetapi, krisisnya berbeda dengan krisis lain. Apa krisis dari filsafat, tanyaku? Memangnya filsafat berurusan dengan daya beli saat resesi melanda dunia? Resesi membuat asap dapur tidak bisa bertahan mengepul hingga sepekan lamanya. Filsafat akan krisis hingga sekarat saat pikiran tidak digunakan untuk berpikir. Paling tidak, kita baru saja mulai berpikir untuk tidak berpikir. Saya terlanjur bingung sendiri!