Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seks sebagai Skandal Kebenaran

10 November 2022   13:55 Diperbarui: 9 Februari 2024   10:13 3423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seks dan seksualitas berbicara pada kita semua dengan logikanya sendiri. Ia berbicara atas nama suara mayoritas berterus terang, selebihnya senyap.

Pada abad ini, pembicaraan tentang seks di tengah orang-orang awam telah dianggap lazim, apalagi di kalangan selebritis dan terpelajar. 

Meskipun mereka di tempat-tempat tertentu belum sepenuhnya dibebaskan dari pengekangan dan pentabuan kata-kata seks.

Orang-orang di masa silam, seks yang diperbincangkan masih lebih berhati-hati dan lebih “terjaga.” Setelah sekian masa berlalu, kata-kata seks tanpa terlalu dipaksa untuk membatasinya, menggunakan wilayah bahasa yang agak lumrah. 

Seks dibiarkan tumbuh dan menyebar dalam diskursus tanpa rasa malu-malu, tabu bahkan tanpa takut untuk membicarakan seks.

Dahulu tabu, kecuali sedikit bersuara seperti orang berbisik-bisik dan pelan-pelan, sekarang seakan-akan tidak merasa takut berbicara mengenai seks bahkan sedikit demi sedikit melanggar hukum darinya. 

Ketidaktakutan menyebut dan sekaratnya norma hukum membuat seperangkat larangan untuk membicaraka seks sudah menjadi lumrah.

Penyebutan seks dari anak muda tanpa rasa malu dan tanpa takut akan mengubah sesuatu dari sikap membisu menjadi menghebohkan, dari sikap diam terus-menerus menjadi hingar-bingar.

Seperangkat larangan tidak saling merujuk karena pembicaraan seks, layaknya kendaraan mewah berseliweran dimana-mana mengakhiri pelembagaan kebungkaman atas‘sensor suara-gambar porno’.

Berlalunya masa tidak berarti kita telah meninggalkan perubahan dan transformasi, dimana sudut pandang seks itulah membawa dampak luar biasa pada perubahan. 

Selanjutnya, lantaran ledakan seks diiringi dengan ledakan diskursus dan ledakan kenikmatan diselingi dengan ledakan tontonan. Apa yang dimaksud dengan suatu perubahan bukanlah kiat perlestarian dari eksploitasi yang “dilarang.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun