Seluruhnya akan berpotensi menjadi individu yang berbahaya berasal dari cara berpikir, berbicara dan bertindak dalam oposisi duaan. "Aku" dan "sang Lain." "Aku" bukan "sang Lain," "Aku" adalah "sang Lain," "Aku" adalah "Negara" atau "anti-kuasa negara," ... "salah satu dari/atau." "Sang Lain" adalah salah satu dari/atau musuhku. Pada dasarnya, pemikiran atau intelektualitas secara senyap, terbuka, dan tersebar itulah menjadi sumber kelahiran 'individu yang berbahaya' untuk membebaskan kehidupan dari tirani dan teks-teks yang membelenggu lainnya.
Sepatutnya, kita masih tertahan untuk membicarakan semalam suntuk tentang individu yang berbahaya dipergunakan sebagai konsep murni.Â
Sebagai jenis fiksi demi tujuan-tujuan penggambaran atau pengendapan liar dibalik kedalaman yang kosong dari selera, moral dan kesadaran, ternyata mereka memberi inti penjelasan apa itu bahaya.Â
Kitalah yang mampu untuk menghancurkan mata rantai rasa takut, daya tarik, kebebasan, alat, tujuan, gejala, dan pementasannya. Mata individu yang berbahaya memproyeksikan suatu dunia dalam segala sesuatu.Â
Dia seakan-akan ilusi dalam kehidupan sebagai sesuatu yang nyata dan ganda.
Dari titik tolak ini, sosok individu yang berbahaya memerlukan titik ketidakpastian (indeterminacy). Kita juga masih diberitahu, bahwa kita telah "dibelokkan" dari kebenaran dengan daya-daya yang sifatnya asing (tubuh, hasrat, minat inderawi). Satu langkah lagi, individu yang berbahaya digiring atau menggiring dirinya sendiri dalam kemiripan. Kata lain, bahwa kita tidak hanya sebagai makhluk berpikir, tetapi juga ada sisi kemiripan monstrum in animo, monstrum in fronte (berjiwa monster, berwajah monster)! Justeru yang pertama itulah paling berbahaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H