Setiap diskursus tentang kebenaran muncul bersama rezim kuasa, yang pada saat tertentu akan di bawah bayang-bayang individu lainnya menuju suatu permainan yang berbahaya dari sebelumnya.
Pada satu titik, individu yang didefinisikan dan disejajarkan dengan "Diri" dan "Aku" juga merupakan langkah yang terlalu jauh, karena "tanda kehidupan" yang memuat suatu interpretasi tentang sebuah proses, bukan bagian dari proses itu sendiri. Â
Sebagian orang akan menyimpulkan menurut kebiasaan gramatikal: "Berpikir dengan birahi adalah suatu ledakan dari dalam."
Karena itu, sebagian pikiran, pembicaraan dan tindakan seseorang secara cermat dan sistemik.
Dalam hal lain, dari sudut pandang filsuf dan psikiater tentang dunia pikiran tidak akan mencoba memalsukan prasangka individu yang berbahaya.Â
Siapa saja yang saat ini hanya melihat 'sebagian' dari 'keseluruhan' kehingar-bingaran panggung politik?Â
Peristiwa yang manakah sehingga membuat kita tidak mampu melihatnya hanya sebagai tontonan?Â
Apakah individu yang berbahaya hanya berurusan dengan politik?Â
Berkenaan dengan predikat 'individu yang berbahaya' muncul diantaranya sebagai akibat dari 'paradoks identifikasi' hingga akan melahirkan perbedaan kesimpulan antara institusi negara melalui individu atau kelompok tertentu.Â
Lantas, siapa sesungguhnya "ancaman" bahkan "musuh" di sekitar kita? Hingga saat ini, kekerasan yang dilakukan secara individual terhadap rezim kuasa negara akan mudah diidentifikasi sebagai radikalis atau teroris.
Sebaliknya, jika ada seseorang yang terindividualkan melakukan kekerasan terhadap individu lain, yang berada di luar rezim kuasa negara akan diidentifikasi sebagai orang gila.Â