Pada siapakah kita tidak bertanya tentang perkara kebajikan, seni, musik, tarian, kronis, dan intelek, kecuali sesuatu yang nyata, fantastis dan ilahiah?
Banyak jiwa, tetapi sedikit manusia (bahkan "tuhan-tuhan berhala" dan dunia virtual terjebak dalam relasi dominasi: daya menguasai dan dikuasai)! Â Betapa uniknya kerawanan manusia!Â
Masih terbuka bagi kita untuk mengarahkan mata pada kekaguman ini! Lihatlah, bagaimana kita membuat segala sesuatu menjadi tubuh pucat, kalut, bersinar, dan bergulat kembali!Â
Bukankah kita cukup teliti untuk memberikan jejak-jejak kenikmatan pada pilihan bebas individu menuju segala sesuatu yang sifatnya superfisial atau artifisial. Satu langkah lagi, kelengahan sedikit saja atas ketidaksadaran memberikan sifat yang tamak pada dirinya sendiri.
Meilahiakan berahi untuk melakukan lompatan panjang dan kekeliruan! Kita melihat, bahwa tontonan politik yang memikat dengan latar belakang kisah nyata dari individu yang berbahaya.
Orang-orang awam masih tetap berpikir, bahwa persepsi atas kejahatan kreatif, berarti mengetahui sampai akhir. Individu yang tidak terindividualisasi dalam masayarakat sampai mereka menipu diri sendiri, dimana filsuf harus berkata pada dirinya sendiri. "Apabila aku menganalisis proses yang diungkapkan dari proposisi "psikiater menganalisis," bahwa kita sekarang mendapatkan serangkaian penegasan yang cukup sulit diterima secara utuh dari nalar." Â
Bahwa dunia inilah harus ada sesuatu yang melakukan 'berpikir. Bagaimana kita berpikir adalah suatu tindakan sekaligus akibat dari keberadaan yang dipikirkan. Ia sebagai individu penyebab, bahwa sebuah "Aku" yang tidak terindividualkan ada dalam bahaya.Â
Dalam pandangan lain, kita pada akhirnya akan mengatakan, bahwa kita sekarang akan memahami filsafat dan psikologis. Misalnya, pertanyaan masih berulang-ulang.Â
Apa yang dimaksud dengan subyek berpikir,--- bahwa Aku 'mengetahui'? Apakah yang dimaksud dengan hasrat yang represif? Â
Penampilan suatu premis yang dirangsang dan ditentang oleh individu yang berbahaya. "Anda berpikir" untuk mengasumsikan bahwa diri Anda akan membandingkan keadaannya sekarang dengan keadaan-keadaan lain. Yang Anda alami sendiri datang dari rujukan kembali ke 'sejarah pengetahuan'.Â
Selama individu masih kelam dengan pengetahuan, maka sejak itu pula individu akan berada dalam bahaya. Paling tidak pengetahuan tentang diri. Siapa dan mengapa disebut individu?Â