Pemuda harapan bangsa. Begitulah ungkapan yang sering kita mendengarnya dari masa ke masa. Kali ini, dia tidak diungkapkan persis sama dengan ungkapan yang cukup memberikan semangat.Â
Mungkin, pemuda di sini yang ditunjukkan secara pribadi tidak lebih dari diskursus yang sedikit kedengaran lebih lugu.
Kita sudah mulai atau tidak lagi melihat sosok pemuda yang gila berprestasi, yang mewakili lembaga pendidikan atau negaranya untuk mengikuti ajang pertemuan bergengsi di tingkat internasional.Â
Kita mungkin lebih melihat pemuda yang hidupnya agak urakan, bahkan sedikit tidak terurus. Apalagi jika dibandingkan antara pemuda yang kelihatan sementara bloon dan awut-awutan dengan pencapaian pemuda yang dipersembahkan melalui forum ilmiah global nampaknya tidak memiliki keterkaitan dengan tema-tema kecil dari kegilaan yang heboh, dalam kehidupan lain justeru dianggap biasa-biasa saja.
Secara resmi, indikator pemuda dalam usia produktif dan non produktif sebagai penduduk telah lama tersusun menjadi bagian dari rasio ketergantungan dalam negara modern.Â
Satu hal yang tidak terlupakan, bahwa 'pemuda' dianggap memiliki fungsi simbolik yang lahir dari struktur 'Ibu Pertiwi' dan 'Ayah'. Diskursus kepemudaan dan pemuda itu sendiri berhubungan dengan orang tuanya secara tidak diduga-duga atau dipikirkan sebelumnya.
Dalam diskursus tentang kehidupan, keriangan muncul, penderitaan lenyap, demikian pula sebaliknya. Yang pertama-tama menceritakan kisah pemuda adalah peristiwa tentang kepergian Ayahnya yang senyap. Karena mimpi anak muda hanya menemukan dirinya lebih enteng dan lebih bergairah untuk mengenang sosok Ayahnya yang telah tiada.
Tidak ada lagi keraguan dari seseorang yang memperluas paragraf hubungan simbolik, sekalipun tercampakkan di hadapan dirinya sendiri. Selebihnya, anak muda kreatif menempatkan dirinya untuk tetap berbakti pada 'Ibu Pertiwi' dan 'Ayah' yang belum sempat didekapnya erat-erat.Â
Anak muda tetap berterima kasih pada sesuatu yang aneh, bukan hal yang biasa-biasa. Kata-kata melalui kegembiraan dibalik penderitaan berangsur-angsur mulai memudarkan penampakan wajahnya.
Kita memerlukan lebih senyap untuk menguji diri dari marabahaya yang menyelimuti sang pemuda tatkala dari hari ke hari nampak lebih aneh.Â
Satu langkah lagi menuju anak muda yang gila. Kehidupan dan karya pemuda akan menerjang fantasinya sendiri yang dangkal, melepaskan mimpi yang buram tanpa teks dengan pesta hura-hura.
Di kota, anak muda ditemani mimpi yang menggairahkan. Surat-surat yang dikirimkan ke dunia yang mengisahkan dirinya yang berbicara langsung dengan bintang-bintang di langit yang isinya berupa tantangan kehidupan.Â
Anak muda mencoba membaca buku non fiksi ilmiah yang mengakhiri film Fantastic Four. Selain itu, pemuda lugu yang senang menghitung jari jemarinya sendiri atau menghitung tiang listrik yang dilaluinya sambil berbicara sendirian padanya. Aku tidak sendiri, karena pemuda yang dimaksud adalah 'Aku' yang tidak menyenangi matematika, fisika, dan ilmu pengetahuan yang pasti lain.
Tetapi, tidak mengherankan, "Aku menghitung langkah kaki melalui jari jemari dan mata yang telanjang, bahwa ada jurang, lorong, jalan terjal, gua, laut, langit, warna lampu lalu-lintas saling bergantian, dan hitungan elevator." Terlebih lagi, "Aku semakin mengagumi kesenangan yang keluar dari kebenaran matematika." "Aku lebih baik menghitung berapa jumlah kendaraan yang lalu lalang di jalan, dibanding menghitung sesuatu berdasarkan matematika sebagai sesuatu yang pasti."
 Biarkanlah laju kecepatan Cogito Cartesian atau Aljabar yang akan menilai tingkat ketidaksenanganku pada matematika sebagai dedengkot ilmu pengetahuan yang pasti. Dari sini, cara terbaik kegilaan adalah terpikat pada matematika.
Seiring pemikiran modern memasuki mata yang terbakar oleh dunia virtual bersamaan anak muda ditunjukkan dengan nafsu yang tidak tertolong dan tenggelam dengan sifat melankolis yang dimunculkan bayangannya di siang hari.
Esensi pemuda terletak dalam bayangannya. Lalu, pikiran terhalang nafsu yang menggebu-gebu melintasi mimpi-mimpi yang menampilkan sosok pemuda lebih muda dari bayanganku sendiri.Â
"Aku melihat diriku lebih nyata ketika menghitung berapa jumlah tiang listrik atau jumlah kendaraan lalu lalang terasa usiaku bertambah lebih muda kembali di luar mimpiku." "Planet Mars ada di depan mataku." "Aku melihat matahari dalam mimpi persis di saat terjaga." "Aku tidak sedang menjerit, kusentuh wajahku, sehingga aku sendiri tidak akan mengenal dimana batas antara kegilaan dan pikiran itu sendiri." Lima tahun yang lalu, "Aku masih melihat secara utuh kegigihan yang terakhir melalui Cogito Cartesian."Â
Dari Homo Cybernicus menyatu dan menghilang dalam Homo Intellectus di zaman digital, dimana pemuda mengambil secara sembunyi-sembunyi, sekarang lebih muda dari sebelumnya.Â
"Aku berhasrat untuk melukis wajah Mars sejajar untuk menghitung jumlah jenis kinerja dalam perubahan yang fantastis dari telepon genggam." "Aku berbicara dan tertawa sendiri kembali tanpa di depan cermin, tanpa menghitung tiang listrik, kecuali di depan diriku sendiri, disaat tidak ada lagi obyek yang ditertawai atau dileluconkan." "Aku, juga bermimpi dengan mata terbuka." Masih ada orang-orang selain dari kebanyakan orang yang menertawaiku di saat momentumnya tidak lucu dan merenung seorang diri.
Mereka menertawaiku setelah habis kata-kata yang tidak pernah kuucapkan melalui pikiran, melainkan mengumpulkan dan membuat barang-barang bekas dan hal-hal yang alamiah lainnya hingga akhirnya menjadi pesawat, kendaraan roda dua dan empat, dan menjadi robot-robot yang didaur-ulang.Â
"Di depan mataku, Bumi dan Mars menghilang dalam mata yang sama." Kata-kata dan benda-benda muncul kembali di saat aku menghitung jumlah tiang listrik dan jumlah lampu sebelum aku tertidur pulas sambil menghitung berapa jumlah mata dalam raksasa mimpiku.
Dalam pergerakan mimpiku, tidak ada yang kuketahui selain mimpiku itu sendiri. Ia akan menolak dan menerimaku kembali tatkala Anda masih melihatku masih pemuda yang urakan dan nampak tidak terurus.Â
"Aku akan selalu meraba-raba dalam kegelapan di siang hari, dimana mata tertutup untuk melihat daya tarik kehidupan baru atau sama sekali tidak pernah baru akibat daur ulang mengambil-alihnya secara pelan-pelan, mengambil dalam mimpiku." Aku berhasrat pada benda-benda yang kaku menjadi bergerak berkat mimpi yang memberinya daya tarik." "Aku lebih baik terjatuh dalam mimpi daripada riang gembira menyambut pesonaku yang semu, yang membakar nafsu hingga membatasinya untuk sarapan pagi yang membandingkanku dengan segi empat dan jajaran genjang di saat terjaga." "Aku masih lebih muda dari mimpi tentang matahari yang terbit di pagi hari, bukan letak Bumi di sebelah timur." Sebaliknya, mimpiku akan selalu dalam kewaspadaan disaat terjaga, disaat semuanya tidak ada lagi yang dimimpikan.
"Aku sangat muda tatkala Anda pergi ke universitas di ibu kota, dimana bekal mimpiku akan menemaniku kemana Aku pergi." Dalam hari-hari dia jalani, gairah nampak bagaikan sosok Nietzsche semu.Â
Jika dibalik gambar yang menempel di dinding, dia nampak bagaikan Einstein. Segalanya seperti mimpi yang bergerak yang memadati ruang yang terpampang di papan tulis masih kosong dari tulisan matematika atau rumus dan angka-angka lain.Â
Gairah atas Matematika sebagai kebenaran yang tidak tergoyahkan mengingatkanku akan Ayah yang mendidik kita untuk tetap dalam kejujuran.
Karena itu, matematika memberikan kejujuran dalam kehidupan. Bibir ini dapat setiap saat tergelincir dalam dusta, dimana mimpi menawarkan padanya sesuatu tidak perlu disanjung dan dikutuk, dicibiri, dan ditertawai.Â
Seraya tersenyum sendiri, angka-angka atau kata-kata diselang-selingi buku dan musik yang membuat hasrat lebih terbuka dan mimpi lebih besar selama bola peta bumi, atlas, grafik astronomi, tengkorak binatang, dan tulang belulang dari orang-orang kesohor meninggalkan jejak-jejak baru dari perbedaan mimpi yang aneh.
Pada kesempatan lain, dari Homo Cybernicus menerobos perbedaan menjadi kesatuan dunia nyata dibalik dunia virtual membuat dunia lebih luas untuk dijelajahi. "Kekuatan mimpiku lebih nampak dari sebelumnya untuk membersihkan puing-puing bangunan simulasi kegilaan melalui narasi yang dianggap kumal dari pelajaran menantang seputar kimia, sejarah, astronomi, filsafat, yurisprudensi, kesusastraan, dan anatomi."
Anak muda tidak pernah membaca secara tuntas karya-karya dari Homer, Schiller, Goethe, Shakespeare, Cervantes, Descartes, dan Hobbes seiring dengan tidak kubaca secara mendalam penghayatan tentang 'kitab hukum' dan Kisah Seribu Satu Malam yang tidak terjembatani dalam 'Narasi Besar' Lyotard. Kadangkala, bacaan dalam mimpiku lebih luas dibanding nama-nama yang diungkapkan di daratan Bumi. Ia akan mengalami kekacauan yang mendekati hari-harinya dalam selah-selah mimpiku yang berbeda.
Perubahan dan transformasi ilmu pengetahuan begitu riang gembiranya Anda menyambutku memasuki kota.
Pemuda tampan tidak memalsukan mimpi yang indah sejauh pancaran cahaya mata hitam betul-betul membawa secara diam-diam pandangan matanya yang membebaskan dari pandangan yang menipu. "Tidak ada masalah."
Segalanya masih dapat kuhitung berapa jumlah tiang listrik yang kutemani berbicara, sebesar itu pula inisiatif muncul di balik mimpiku dalam keadaan mata terbuka. Pukul berapa kereta api berangkat tiba-tiba aku masih menghitung jumlah kendaraan lalu lalang melintasi mataku sendiri, tetapi lebih cepat sorotan mata seakan-akan tidak berkedip dibanding sekali kedipan sebelumnya.
Keseluruhan jam di tangan tidak menyiksa lagi. Akhirnya, aku telah mendengar desir keluar dan menampakkan dirinya kembali dalam pikiran yang pingsan. Ia menemaniku kembali keluar suara desingan kendaraan di siang hari.Â
Di sisi jalan muncul wajah anak muda membawa koper yang baru saja turun dari bus tanpa berpikir panjang lagi menghilang dari pandangan, membuat kita tidak percaya wajahnya memiliki kemiripan denganku.Â
Kemiripan tertangkap mata dalam keadaan terbuka akan keadaan sekitarnya yang bergerak keluar dari hingar-bingar penghargaan tertinggi dari lembaga penyedia hadiah tentang perdamaian, sastra, ilmu pengetahuan-teknologi.Â
Kini, wajah ceria pemuda tampan itu terpancar dari auranya sendiri. Hingga mata sulit terpejam. Sementara Anda sedang mempersiapkan kata-kata dan benda-benda yang dimainkan secara tersembunyi dan nampak.Â
Sosok anak muda tidak bisa membalas gangguan setan jenius apa yang membisikkannya untuk menggelapkan cahaya dalam mimpiku di menit-menit terakhir terbuka mataku, dalam ruang kerjaku yang tersingkap kata-kata baru.
Anak muda sadar tentang  apa yang tersembunyi di balik pakaian. Secarik kertas hasil perhitungan jumlah korban berita dusta di media yang menantang mesin hitung dalam komputer.Â
Orang lain mendengar juga bunyi pintu dan beberapa saat kemudian aku diikuti oleh anak muda yang lebih aneh dariku. Ternyata dia telah menemukan sebuah mesin hitung untuk menghitung berapa jumlah kendaraan lalu lalang dalam sehari.
Tetapi, aku tidak memahami apa  yang mereka katakan di sekelilingku setelah anak muda itu telah menemukan mesin hitung cepat secara elektronik yang baru dalam kegilaan. Anda dan aku, apa yang dapat dilakukan, kurang apa yang mereka lakukan, dan sekecil apapun penemuannya. Kita tidak mendapatkan berapa banyak uang dalam negeri atau uang luar negeri dibanding tidak berhentinya menertawaiku itu lebih baik daripada aku tidak berbicara dengan jam dinding yang membuatku lebih tertantang untuk memulai menghitung.
Misalnya, dari mana kita memperoleh angka empat dan seterusnya. Sudah tentu, selingan antara menertawakan diri sendiri dan usahaku untuk mendapat angka yang dimaksud.
Setelah itu, seseorang berusaha untuk menemukan sesuatu yang tidak diketahuinya dari mana memulai dan bagaimana menemukannya. Paling penting, bagaimana suatu keganjilan yang memulai teka-teki itu muncul disaat mata terbuka dalam mimpi.
Sebagaimana harapanku, mereka menemukan dirinya karena bergerak dalam mimpi-mimpi yang melintasi permukaan tubuh. Tidaklah aneh, mimpi seperti juga hasrat perlu ditopang oleh tubuh yang kreatif dan produktif. Kengawuran kata-kataku diikuti dengan mimpi-mimpi yang aneh yang sama sekali tanpa ketakutan.Â
"Aku menemukan diriku sendiri dalam mimpi yang tidak diketahui darimana datangnya." "Aku tidak pernah menemukan diriku tercekik antara teks tertulis dan mesin digital."
Karena itu, mimpi-mimpikulah melalui tubuh yang mampu mengatakan ada sesuatu yang tersembunyi di balik tiang listrik dan berapa jumlah kendaraan lalu lalang dalam sehari. Dalam mimpiku segalanya lebih nyata dari pengetahuan sebelumnya, ruang dimana dunia lebih cepat ditangkap jeritan kegembiraan pada matematika dan kegembiraan akan penderitaan.Â
Di dunia nyata tidak memerlukan berapa banyak orang mengetahui sesuatu, melainkan berapa banyak yang tidak dipikirkan. Orang-orang tidak menahan tawa dengan mulut, tetapi cara berpikir untuk memulai dari teka-teki ke teka-teki lain. Setelah ia dipecahkan dengan sistem numerik yang tidak hanya merasa makin menantang jika melihat diri Anda, tetapi membuat pihak di luar Anda turut berpikir lebih santai.
Apa yang Anda ketahui ketika lapar, yaitu menghindarinya selama mungkin untuk berpikir. "Apakah aku lapar?". Anda bertanya. "Aku tidak lapar tentang hal-hal yang alamiah selama aku ada dalam mimpi dengan mata terbuka."Â
"Tetapi, Aku tidak percaya, bahwa Anda berada dalam kegembiraan akan penderitaan." "Demi mimpi-mimpiku, aku tidak menderita, karena aku tidak tinggal diam untuk membebaskan dari tipu muslihat dalam kehidupan." "Aku tidak menyesal, jika aku mampu hidup dalam mimpi-mimpiku tanpa Anda." "Setiap menit, kupenuhi hasrat dan pikiranku dengan mimpi-mimpi besar, dari karya-karya kecil." "Aku akan selalu mengulangi, sekalipun bertubi-tubi menertawaiku apa-apa yang digerakkan dalam mimpiku." Dunia memang tidak sekedar dijalani apa adanya, tetapi juga dihiasi dengan mimpi-mimpi bertemu dengan cara pandang irasional dan rasional dari seseorang.
Bunga mawar dalam ruang kerja yang berwujud virtual tidak pernah ada tanpa mimpi besar. Pertukaran tanda dan transformasi kehidupan tidak membuat kita hidup lebih lama lagi, kecuali mimpi menyertainya, sekalipun sekejap mata.Â
Siapakah yang memiliki kekurangajaran gambaran mimpi membuat seseorang bertahan setelah menemukan kehidupan dan nafsu-nafsunya?
Mimpi-mimpiku tidak sederas hasrat Anda untuk berbicara pada dunia tentang apa-apa yang ingin dicapai tanpa mimpi.Â
Mengapa tidak? Apakah buah apel secara alamiah hanya untuk tujuan dirinya sendiri, ternyata dalam perjalanan waktu, ia menjadi sumber imajinasi, fantasi dan mimpi dari wujud virtual yang dipadatkan melalui salah satu merek komputer?
Hal ini sesungguhnya menjadi mimpi kembali sebagai dunia nyata. "Aku melihat Anda dalam wujud virtual." "Anda tidak berangan-angan seperti aku berdiri di hadapan Anda dalam mimpi yang indah yang pernah terjalin." "Anda tidak melebihi aku, Anda melebihi Anda sendiri dalam mimpiku yang paling liar."
Kita mencoba melupakan bayangan masa depan. Bagaimana membebaskan mimpi kita dari belenggu masa lalu. "Suaraku ada dalam mimpiku." "Kumenjerit, kuingin terbang bebas, dan kumenukik tajam." "Aku memilih Anda untuk menemukan karya-karya baru." "Biarkanlah Aku melupakan sisi kebinatangan sekaligus sisi kemanusiaanku saat mata terjaga!" Ia masih mimpi.
Apakah aku atau Anda yang gila? Cukuplah setengah gila daripada sepenuhnya gila dalam kegilaan! Anak muda berada dalam kesenangan dengan meninabobokan pikiran.
Kesenangan menunjukkan padaku sebuah boneka yang berjenis kelamin. Ia tidak menjadi teman baru curahan hatiku untuk menemukan hal-hal baru.Â
"Mimpiku lebih kupercaya ketimbang asisten pribadiku." "Robot berjenis kelamin yang dapat berbicara dengan manusia lebih kuhargai dibanding sikap santun Anda hanya selubung di depanku."
Apakah semuanya itu? Dalam mimpiku yang aneh dan gila dituliskan secara profesional, bahwa tidak ada lagi mantan pasien, psikiater dan tanpa rumah sakit jiwaku. "Aku benar-benar dilahirkan kembali dalam mimpi-mimpi baru." Dari filsuf dan pendidik agung membuatku lebih bergairah dalam mimpi-mimpiku dan merahinya dengan cara berpikir yang sama dengan mimpi-mimpi yang berbeda sesudahnya. Berkat pergerakan tanda-tanda atau logika baru, aku tidak akan pernah menghitung jumlah pemuda apabila dinyatakan mantan pasien penyakit jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H