Satu atau lebih penampilan kelamin terpajang. Misalnya apa? Boneka berkelamin anu berdiri di samping etalase sebuah mal di salah satu pusat kota di negeri ini.
Tetapi, si perjaka tidak tertarik dengan kelamin non-manusia. Suatu keberuntungan, boneka berkelamin tersebut terbalut busana.
Harap maklumlah, bukan boneka India! Hanya boneka tanpa merek apa-apa. Kapan mulai muncul boneka pajangan tersebut di mal?
Yang jelas, sekalipun tidak berbalut kain selembar apa pun pada boneka pajangan, terdapat alasan. Pertama, boneka pajangan tanpa busana tidak membuat kita “terangsang,” kecuali penge- mal tertarik pada sampel busana yang menempel di boneka pajangan. Kedua, sejauh ini, belum ada pihak yang menyatakan jika boneka pajangan di mal memiliki hak-hak asasi sebagaimana HAM pada manusia.
Dalam persepsi umum, berbicara tentang kelamin, berarti terikut alat kelamin.
Satu paket kenormalan melekat pada sebuah tubuh seksual secara biologis.
Berapa banyak mal atau pusat perbelanjaan berskala besar yang menyediakan boneka pajangan yang berkelamin di negeri ini? Belum ada data statistik yang menyebutkannya.
Bagi anak rebahan, mungkin malas nge-mal. Tetapi, orang-orang yang doyan nge-mal ada istilah “cuci mata.” Biar tidak penat melanda, rasa letih pun menyusut.
Hiburan menjadi salah satu dorongan kawula muda dan orang dewasa. Berkurang atau bertambah jumlah pengunjung mal tidak memengaruhi keberadaan boneka berkelamin.
Di masa pandemi saja diharapkan jangan terlalu lama pembatasan mobilitas. Pinta sekian banyak penge-mal perlahan-lahan terkabul saat terjadi pelonggaran kunjungan.