Mohon tunggu...
Erma Mardiyyah
Erma Mardiyyah Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pecinta Baca

Seorang Guru di rumah dan di sekolah. Berharap untuk bisa menjadi bagian dari umat terbaik dengan terus belajar dan berdakwah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Aktivis Rohis Jatuh Cinta

5 April 2022   19:50 Diperbarui: 7 April 2022   03:06 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oh Tuhan, aku menolaknya. Menolak orang yang paling aku inginkan saat ini. Mataku berurai, bisikan-bisikan berkelabatan; menyayangkan keputusanku, menertawakan sikapku. Namun, jauh...jauuuuh sekali di sudut hatiku. Aku merasa begitu lega. Seakan aku mendapat senyuman yang sangat tulus, aku merasa dilihatNya,... sebab aku telah memilihNya. Memilih untuk menaatiNya. Biar kutitipkan rasa cintaku padaNya saja.

..

Aku tidak akan berdusta bahwa semalaman hatiku tidak bisa melupakan kalimat2 yang disampaikan Rafli, namun aku tahu bahwa hidup ini hanya tes dari Allah. Untuk itulah aku mengikuti ROHIS. Agar aku senantiasa terjaga dalam lingkungan religious. Agar aku senantiasa ingat kepada-Nya.

...

7 tahun kemudian ....

Rahasia Allah memang selalu indah jika kita bertawakkal padaNya. Masih terbentang jelas di memoriku hari itu. Hari ketika aku menerima pengumuman kelulusan seleksi beasiswa s2. Dengan wajah berseri-seri, tak sabar rasanya untuk segera membagi kebahagiaanku dengan ayah dan ibuku. Aku yang biasanya mengendara motor maticku dengan tenang, hari itu dengan percaya diri memacu motor dengan kecepatan agak tinggi. Sudah lama aku mengidamkan untuk menuntut ilmu di bumi para Nabi. Berbagai rencana ekspedisi sejarah sudah terpeta jelas dalam pikiranku kelak jika aku melanjutkan kuliah di sana. Dan hari ini mimpi itu terjawab. Alhamdulillah.

 "assalamu'alaikum buuu, yaaah" tanpa mencurigai pintu yang terbuka, aku segera masuk untuk segera menyampaikan kabar bahagia itu.

 "ibuuuu" aku berlutut di depan ibu yang sedang duduk di ruang tamu bersama ayah... sambil tertawa dan menangis aku memeluk keduanya.

"ibuuu... ayaaah, mila lulus beasiswa ke Mesir" aku menatap ibu yang masih tertegun mendapat kabar tiba-tiba ini.

Ia kemudian memeluk dan menciumku. Namun, tiba-tiba pelukan itu melonggar, reaksi ibu seperti tertahan. Pandangannya jatuh ke belakangku. Ketika menoleh, deg jantungku mencelos. Laki-laki itu ada di sini.

"assalamu'alaikum mila, selamat ya" lesung pipitnya muncul ketika ia memamerkan senyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun