Tanpa ragu aku bertanya. ''Siapa yang meninggal, Mbah"
Mbah Sutar tersenyum kecil. ''Warga disini, mungkin kamu sangat kenal dengan orangnya.''
Jawaban dari Mbah Sutar, membuat keningku mengkerut. Siapa orang yang aku kenal. Anganku dan didalam pikiranku saat ini.
''Nduk, jangan sampai lupa sama gusti Allah. Kamu hidup hanya sebatas panjang atau pendek. Mati atau hidup. Gunakan kesempatan ini adalah kesempaan emas untukmu mencari kebahagiaan. Bahagiakan orangtuamu, 'ya, Ndok. Mbah titip makam ini. Disini nggak ada apa-apa. Kamu nggak aneh-aneh, mereka nggak akan menampakkan wujudnya. Baik-baik dan lurus di dunia ini , Ndok. Jangan nyeleweng.''
Mbah Sutar mengusap pucak kepala ku. Baru kali ini aku melihat tetesan kecil air mata Mbah Sutar di hadapan ku. Saat itu, entah kenapa, hatiku terenyuh akan kata-kata dari Mbah Sutar. Tanpa terasa, air mataku selalu jatuh setiap sampai di bagian dimana Mbah Sutar kembali menyadarkan ku bahwa dunia hanyalah sebatas angan yang bisa di rasa.
Mbah Sutar menggenggam erat tanganku. ''Niram, Mbah titip, nggih......''
''Memang Mbah mau kemana?''
''Mbah nggak kemana-mana, Ndok. Mbah cuma titip saja.''
Aku sebatas mengangguk saja. Kemudian aku berpamit untuk melanjutkan perjalanan pulangku. Bulu kuduk ku berdiri dengan udara dingin itu.
Aku melanjutkan perjalananku ke rumah, aku melihat, Mbah Sutar masih berdiri di depan gerbang, kali ini Mbah melambaikan tangannya seraya tersenyum. Mbah Sutar memang selalu mengingatkan dirinya dan selalu menjaganya di saat dirinya pulang larut malam seperti saat ini, saat dirinya tak sengaja menoleh kebelakang, Mbah Sutar terlihat masih berdiri di tempatnya hingga aku sudah berada di depan rumah.
Saat aku memasuki rumah, kulihat Bapak tengah selesai mandi sedangkan ibu tengah menonton televisi.
''Loh? Kamu berani banget jalan di depan pemakaman, sendirian lagi, kenapa nggak telepon Bapak tadi?'' tanya Bapak ku saat aku hendak menyalaminya. Bapak ku tampak tak yakin denganku. Aku memang selalu menelpon Bapak kalau Mbah Sutar tidak berada di makam tapi tadi ada, kenapa Bapak bilang aku sendirian dan tidak berani.