Mohon tunggu...
Erliana Dwi Mutiara
Erliana Dwi Mutiara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Blog Menulis

w e l c o m e

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik Sosial Multikultural antara Pribumi dengan Etnis Tionghoa di Surakarta

12 Desember 2021   15:36 Diperbarui: 12 Desember 2021   15:44 2425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan sesama manusia. Berhubungan dengan sesama manusia selalu dibentuk oleh dua hal, yaitu konflik dan kerjasama. Konflik adalah proses sosial di mana individu atau kelompok orang mencoba untuk mencapai tujuan mereka dengan menghadapi pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. 

Konflik juga merupakan proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha mencapai tujuannya dengan cara melawan pihak lawan, disertai dengan ancaman atau kekerasan, menghancurkan atau membuat tak berdaya.

Konflik terjadi karena perbedaan karakteristik yang dibawa individu ke dalam interaksi. Perbedaan tersebut meliputi ciri fisik, kecerdasan, adat istiadat, pengetahuan, keyakinan, dan sebagainya. Menurut Gillin dan Gillin (1987), konflik merupakan bagian dari proses sosial yang terjadi atas dasar perbedaan fisik, emosi, budaya dan perilaku. Ada empat faktor penyebab konflik, yaitu:

  1. Perbedaan antar individu, perbedaan yang muncul berkaitan dengan perasaan, sikap atau gagasan tentang harga diri, kebanggaan dan identitas.
  2. Perbedaan budaya, kepribadian seseorang bisa dibentuk oleh keluarga dan masyarakat; tidak semua masyarakat memiliki nilai dan norma yang sama. Interaksi sosial antar individu atau kelompok dengan pola budaya yang berbeda dapat menimbulkan salah tafsir, yang dapat menimbulkan perasaan marah dan benci, yang dapat menimbulkan konflik.
  3. Perbedaan kepentingan, setiap kelompok atau individu memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Ketika membela kepentingan kelompok, mereka sering melakukan intimidasi, yang dapat menyebabkan konflik.
  4. Transformasi sosial, perubahan yang terlalu cepat dalam suatu masyarakat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku, sehingga menimbulkan konflik akibat ketidaksesuaian antara keinginan individu dengan masyarakat

Konflik merupakan elemen penting dari interaksi, dan tidak boleh dikatakan bahwa konflik selalu dilihat sebagai sesuatu yang buruk, memecah belah atau bahkan merusak. Namun, konflik berkontribusi pada keberlanjutan kelompok dan memperkuat hubungan antar anggota. Misalnya, bertemu musuh bersama dapat menyatukan orang, menciptakan solidaritas dan partisipasi serta membuat orang melupakan masalah batin mereka sendiri (Basrowi, Soenyono 2004: 42).

Konflik dapat berfungsi untuk menghilangkan unsur-unsur individu dalam suatu hubungan dan membangun kembali kesatuan. Konflik adalah pembubaran ketegangan antara antagonis, ia memiliki fungsi yang stabil dan menjadi bagian integral dari hubungan. Namun, tidak semua konflik bersifat relasional, hanya konflik yang berkaitan dengan tujuan, nilai, atau kepentingan yang tidak bertentangan dengan prinsip yang mendasari hubungan tersebut. 

Kelompok yang terstruktur secara masyarakat terbuka melindungi dari konflik yang membahayakan konsensus dasar dengan membiarkan konflik dan dengan demikian meminimalkan risiko bahwa perbedaan mempengaruhi nilai-nilai dasar. Saling ketergantungan antara kelompok-kelompok yang bermusuhan dan tumpang tindih dalam komunitas konflik semacam itu, yang berfungsi untuk "menyatukan" sistem sosial dengan menghilangkannya dan dengan demikian mencegah disintegrasi di sepanjang garis pemisah yang besar (Coser, 1956: 80)

2.2 Definisi Multikultural

Akar kata multikulturalisme adalah budaya. Secara etimologis, Multikulturalisme terbentuk dari kata multi (banyak), culture (budaya) dan isme (aliran/pengertian). Pada hakekatnya kata ini berarti pengakuan terhadap harkat dan martabat masyarakat yang hidup dalam komunitasnya dengan keunikan budayanya masing-masing. Setiap individu merasa dihargai dan bertanggung jawab untuk hidup bersama dengan komunitasnya. 

Masyarakat majemuk (plural society) tidak tentu dapat digolongkan sebagai masyarakat multikultural (multicultural society), karena di dalamnya dapat terjadi keterkaitan antara kekuatan varian-varian budaya masyarakat yang asimetris, yang selalu hadir dan berjuang dalam bentuk dominasi.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kasus Konflik Sosial Antara Pribumi dengan Etnis Tionghoa di Surakarta

Pada bulan Oktober 1911, sebuah revolusi pecah di Cina. Hal ini ditandai dengan jatuhnya dinasti Ching dan digantikan oleh Republik. Orang Cina di Hindia melihat kejadian tersebut sebagai tanda bahwa terdapat negara Cina yang kuat dan modern. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun