Gus Dur : "Saya ini mau pipis...."
Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal sebagai Gus Dur, adalah salah satu ulama besar yang pernah dilahirkan oleh republik ini. Pemikirannya dan pemahamannya tentang Islam di Indonesia diakui oleh dunia.Â
Sebagai seorang kyai yang kemudian berkiprah menjadi politisi, Gus Dur adalah yang pertama dari kalangan kyai yang mampu menjadi Presiden. Kendati kepemimpinannya singkat, namun banyak orang menilai dialah presiden Republik yang paling ber-Bhineka Tunggal Ika.
Sekitar tahun 2003-an, di suatu siang yang terik, saya tidak begitu ingat tanggal dan harinya, sebuah pengalaman hebat berkait dengan seorang besar bernama Gus Dur itu, saya alami. Saat itu saya ingat masih berada di kantor teman saya, Muhamadun Sanomae (wartawan Suara Merdeka, yang kemudian menjadi salah satu komisioner KPU di Jepara) di pinggiran Jalan Kartini Jepara.Â
Ada juga teman kami yang seorang fungsionaris Partai Kebangkitan Bangsa, yang kebetulan adalah Partai-nya Gus Dur. Zakariya Ansori Chamim, itulah nama politikus itu, yang juga berada di sana bersama kami.
Kabar kedatangan Gus Dur yang saat itu belum lama menjadi mantan presiden, memang menjadi salah satu perbincangan hangat kami. Zakaria menceritakan bahwa Gus Dur memang tidak bisa melupakan Jepara.Â
Meski kota kecil, setidaknya Jepara menjadi bagian penting bagi perjalanan kariernya menjadi Presiden. Menurutnya, sebelum menjadi presiden pemimpin tertinggi di republik, Gus Dur sempat datang ke Jepara untuk bertemu Almarhum KH, Amin Sholeh. Kyai legendaris di Bangsri, Jepara ini diakui menjadi 'senior' Gus Dur di kalangan kyai-kyai se-Jawa atau bahkan se-Indonesia. Minta doa restu, seperti itu....katanya.
Dan saat itu, di sekitar tahun 2003-an itu, siang hari yang terik itu, disaat kami mengobrol tentang sebuah acara di salah satu Ponpes di Welahan, tiba-tiba suara gemuruh datang tepat diatas kami. Suara gemuruh yang jarang-jarang di dengar masyarakat Jepara, itu meraung-raung di atas langit.Â
Kami bertiga langsung keluar dan seperti halnya kebanyakan orang-orang di jalan saat itu, menengadah ke atas. Sebuah Helikopter melintas dalam jarak rendah. Angin yang terbit dari baling-balingnya bahkan sudah sampai begitu terasa.
Insting wartawan kami langsung terpatik. Zakariya yang langsung berpikir bahwa heli itu pasti memuat sesuatu yang penting langsung mengambil sepeda motor Yamah Alfa-nya yang sudah termasuk tua saat itu. Saya juga langsung memboncengnya, untuk ikut mengejar si Heli yang mengusik hari itu. Sedangkan si Muhamadun Sanomae teman saya, juga langsung menjejak pedal stater Honda Grand-Pancing-nya.Â
Bertiga kami menuju ke Alun-Alun Jepara yang jaraknya hanya sekitar 500 meter dari tempat kami berbincang sebelumnya. Hanya sekitar semenit berselang, kami mendapati si Heli sudah melakukan landing di lapangan Alun-Alun Jepara. Debu-debu berterbangan saat angin keras dari baling-balingnya menghempas.
Heli itu berwarna putih, dari tulisannya, terlihat menunjukan bahwa dia adalah milik salah satu perusahaan produsen rokok besar di Indonesia. Mesin yang memekakan telinga itu masih menerbitkan angin besar di sekitar Alun-Alun Jepara. Beberapa detik selanjutnya, sang pilot kemudian turun dan membukakan pintu belakang. Sesosok terkenal itu terlihat dengan kopiah hitam dan kacamata-nya.Â
Duduk ditemani seorang muda. Sebagai mantan presiden ketika itu, Gus Dur memang tidak dikawal banyak orang. Di helikopter yang ditumpanginya, ia hanya bertiga. Bersama ajundan dan sang pilot yang mendaratkan kehebohan di Alun-Alun Jepara.
Merasa menjadi bagian dekat dari Gus Dur yang merupakan bapak PKB, si Zakariya Chamim langsung berlari menyusulinya. Menyambut rombongan kecil yang menghebohkan itu. Setelah berusaha memberi penjelasan, bahwa acara kegiatan yang seharusnya dihadiri Gus Dur bertempat di Welahan, Zakariya kemudian berinisiatif menggandeng Gus Dur bersama sang Ajudan.Â
Kehebohan di Alun-Alun Jepara tersebut akhirnya menarik perhatian masyarakat yang lewat. Apalagi ketika tahu yang keluar dari Helikopter dan dituntun itu adalah Gus Dur, ulama besar dan sekaligus mantan Presiden Republik Indonesia. Maka yang terjadi adalah kehebohan luar biasa,
Seorang tukang becak tanpa sungkan berlari menyalami dan mencium tangan Gus Dur. Beberapa orang yang ada di Alun-Alun Jepara akhirnya berebut menyalami dan mencium tangannya.Â
Salah seorang diantaranya adalah Narto Patih, seorang seniman sekaligus Staff PNS di Setda Jepara. Instingnya sebagai seorang birokrat langsung menginisiasinya untuk menjadi seorang penyambut mewakili Pemerintah Kabupaten Jepara. (Mungkin seperti itu hehehehehe).
Pak Narto Patih ini dengan sigap langsung memerankan beberapa kewenangan sekaligus, sepanjang 30 meter menggandeng Gus Dur menuju pinggiran Alun-Alun Jepara.Â
Tanganya mengibas-ngibas bagaikan anggota Linmas yang membuka jalan bagi rombongan tamu penting. Sampai di pinggir jalan, perannya berubah menjadi seorang anggota polantas. Dengan serampangan Narto Patih menyetop sebuah mobil yang lewat di seputar Alun-Alun Jepara saat itu. Sebuah Suzuki Carry yang jauh dari pantas untuk seorang Mantan Presiden berhenti.Â
Pengemudinya sepasang orang berseragam PNS terbengong-bengong di dalam kockpit mobilnya saat secara mendadak Narto Patih menghadang di tengah jalan. Raut muka jengkel sempat muncul pada pasangan PNS yang mengendarai Suzuki Carry ini. Â
Namun begitu mengetahui seorang Gus Dur akan dinaikan ke mobilnya, mereka tersenyum sangat ramah. Menyilahkan rombongan kecil masuk mobil, dan memperlihatkan mimik muka tak percaya. Antara gembira dan tak percaya. Masa sih mobil ini pantas untuk rombongan ini? Begitu mungkin pikirnya.
Suzuki Carry yang mungkin saat ini menjadi bersejarah itu, akhirnya meluncur ke arah Pendopo Kabupaten Jepara, yang jaraknya sekitar 200-an meter. Didalamnya ada Narto Patih, pemilik mobil, dan Gus Dur bersama ajudan pribadinya. Sementara saya dan Zakariya berboncengan menyusulnya bersama Muhamadun Sanomae, yang sebelumnya secara membabi buta mengambil gambar-gambar bersejarah itu. Dari dalam kabin helikopter, beberapa barang dikeluarkan oleh sang pilot. Diantaranya adalah snack kesukaan Gus Dur.Â
Makanan ringan itu jangan dibayangkan berupa makanan-makanan yang mahal dan aneh-aneh namanya. Karena makanan kecil yang dibawa hanya berupa kacang rebus, ubi rebus, singkong rebus, jagung rebus dan pisang rebus.Â
Semuanya dijadikan satu dalam wadah yang bernama Kardus Bekas Mie Instan bermerk Indomie! Saya juga kurang tau, siapa yang kurang ajar menyiapkan snack bagi seorang Gus Dur dengan wadah ekstrim seperti ini. Namun yang pasti, makanan-makanan itu saya yang membawakannya dari Heli kopter menuju Pendopo Kabupaten Jepara.
Ada sebuah rahasia yang ingin saya buka mengenai makanan kecil Gus Dur ini. Karena kardus tempat wadahnya besar, saya yang membonceng Zakariya jadi kesulitan membawanya. Kondisi kardusnya yang sudah buruk, menambah parah situasinya.Â
Saya jadi kesulitan untuk membawanya. Saat saya angkat dan siap nangkring ke sepeda motor Zakariya, kecelakaan itu terjadi. Karena kardus bekas dan tidak diselotif pada bagian bawahnya, kardus itu ambrol di bagian bawahnya. Ubi rebus, singkong rebus, kacang rebus, jagung rebus dan pisang rebus milik Gus Dur, sebagian berjatuhan di trotoar Alun-Alun Jepara.Â
Beruntung Gus Dur datang sendiri tanpa Paspampres, sehingga kepanikan saya tidak berlangsung secara akut. Secepatnya saya pungut makanan tradisional yang berceceran itu.Â
Zakariya yang sudah siap menjadi joki sepeda motornya, malah tertawa terpingkal-pingkal. Politisi ini tampaknya tau persis kesederhanaan seorang Gus Dur, karena dia termasuk seorang Gus Durian sejak sekolah di Madrasah Aliah. Jadi saat melihat jajanan ala Gus Dur bertebaran di atas trotoar, Zakariya menganggap hal itu tidak masalah bagi Gus Dur.
Di Pendopo Kabupaten, tidak ada penyambutan apapun, saat itu untuk rombongan Gus Dur. Suzuki Carry merapat langsung di Serambi Belakang Pendopo Kabupaten Jepara. Bagunan bersejarah ini memang menjadi Rumah Dinas bagi Bupati dan Sekda Jepara. Bupati Jepara saat itu, Hendro Martojo sudah tidak ada di rumah, karena berada di Welahan. Hendro Martojo seharusnya memang menyambut kedatangan Gus Dur.
Tapi di Welahan, bukan di Pendopo Kabupaten Jepara. Hal yang sama juga dilakukan oleh Wakil Bupati H. Ali Irfan. Karena Ali Irfan saat itu menjabat sebagai Ketua DPC PKB Jepara, maka tokoh satu ini juga berada di Welahan.
Maka kehebohan yang terjadi di Alun-Alun Jepara, kini berpindah ke Pendopo Kabupaten Jepara. Kedatangan Gus Dur yang mantan presiden itu jelas membuat bingung orang-orang di Pendopo Kabupaten. Gus Dur akhirnya ditransitkan di ruang tamu kediaman Bupati Jepara.Â
Beberapa orang yang ada di sekitarnya tampak sibuk memencet-mencet tombol telepon seluler masing-masing. Entah apa yang mereka bicarakan melalui ponsel-ponsel itu. Beberapa menit kemudian munculah, Ir. Muhamad Efendi, pejabat Sekda Jepara saat itu.Â
Pejabat paling berwenang yang ada di lokasi itu kemudian menyambut Gus Dur. Penjelasan-penjelasan disampaikan kepada Gus Dur mengenai situasi yang dialaminya saat itu. Orang-orang berembug untuk menyikapi kedatangan Gus Dur ini. Setelah itu, disepakati Gus Dur akan segera dibawa ke lokasi menggunakan helikopter lagi. Rencana ini kemudian disampaikan kepada Gus Dur.
Namun karena mungkin Gus Dur kecapaian dan merasa perlu istirahat sejenak, ajakan yang terkesan terburu-buru ini membuatnya agak jengkel. Saat akan digandeng menuju Alun-Alun Jepara ke parkiran Helikopter, yang akan mengangkutnya ke Welahan, Gus Dur-pun berkata "Saya ini mau pipis!". Semua yang ada tidak ada yang berani memaksanya lagi.Â
Gus Dur selanjutnya diantar buang air kecil. Setelah itu Gus Dur minta istirahat sebentar. Saat ditawari minum, Gus Dur menyebut ingin teh tawar panas. Entah karena bagian pantri Pendopo Kabupaten tidak mendengar pesan ini, yang disugguhkan malah teh manis panas. Gus Dur hanya mencicipi sebentar, dan tidak melanjutkan minumnya. Mungkin saat itu sambil mengeluh "ini tidak sesuai pesanan saya".
Perubahan rencanapun terjadi karena Gus Dur kebelet pipis. Helikopter yang turun di Alun-Alun Jepara bisa jadi memang karena hanya mengantar Gus Dur pipis di Pendopo Kabupaten Jepara. (Hahahahahaha). Setelah itu si pilot sendirian menerbangkan Heli entah menuju ke arah mana. Sedangkan Gus Dur, beristirahat sebentar di Pendopo Kabupaten Jepara.Â
Para tokoh PKB akhirnya berkonsulidasi. Sebuah Mercedes Bens milik salah satu tokoh PKB Jepara akhirnya diantar sendiri oleh pemiliknya. Mobil mewah ini akhirnya menggantikan Suzuki Carry, untuk membawa Gus Dur ke Welahan.
Begitulah, sebagai seorang jurnalis di kampung, saya sangat bersyukur karena pada akhirnya sempat menikmati moment sangat dekat dengan soerang Gus Dur. Seorang tokoh nasional yang luar biasa, yang hingga saat ini makamnyapun tidak pernah sepi dikunjungi.Â
Terlepas dari penilian kontreversial yang menyertai kiprahnya di perpolitikan nasional, saya kira Gus Dur adalah tokoh yang patut diteladani, khususnya bagi para pemimpin nasional.(Dis)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H