Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sudahkah Guru Merdeka di Tengah Kurikulum Merdeka?

30 Oktober 2024   06:59 Diperbarui: 30 Oktober 2024   07:02 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), sekitar 70% guru merasa khawatir dengan risiko pidana yang mungkin mereka hadapi dalam menjalankan tugas. Situasi ini mencerminkan betapa profesi guru masih jauh dari kata "merdeka" dalam arti yang sesungguhnya.

Melihat berbagai permasalahan ini, pemerintah perlu mengambil langkah serius untuk memastikan kesejahteraan dan keamanan para guru. Peningkatan honor bagi guru honorer, perlindungan hukum yang lebih kuat, serta apresiasi terhadap profesi guru perlu menjadi prioritas utama. 

Pemerintah juga harus mempertimbangkan untuk memberikan insentif tambahan bagi guru yang mengajar di daerah terpencil, mengingat mereka menghadapi tantangan yang lebih besar.

Kurikulum Merdeka memang memberikan harapan baru dalam sistem pendidikan Indonesia, namun jika tidak disertai dengan perbaikan pada aspek kesejahteraan dan perlindungan guru, kebijakan ini hanya akan menjadi wacana semata. 

Tanpa adanya rasa aman dan penghargaan yang layak, para guru tidak akan pernah benar-benar merasa "merdeka". Mereka mungkin akan terus terjepit di antara harapan untuk mendidik dengan optimal dan ketakutan akan konsekuensi dari tugas mulia yang mereka emban. 

Jika kondisi ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin profesi guru akan menjadi profesi yang dihindari. Generasi muda yang ingin memiliki masa depan cerah mungkin akan berpikir dua kali sebelum memilih profesi ini. 

Ini adalah tanda bahwa kita perlu melakukan perubahan sistemik, agar profesi guru benar-benar menjadi profesi yang dihargai dan didukung, bukan profesi yang tertindas di antara harapan dan realitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun